Setelah Diisolasi, Warga Desa Bondalem Keluhkan Beras di Bawah Standar

Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng Gede Suyasa.

SINGARAJA | patrolipost.com – Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Begitu nasib sebagian warga Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula pasca diisolasi setelah diterapkan kebijakan karantina wilayah sejak, Minggu (3/5/2020). Sebagian warga setempat mengeluhkan beras pemberian Pemkab Buleleng yang kualitasnya dianggap di bawah standar.

Beras yang dibagikan melalui BUMDdes setempat kualitasnya lebih buruk dari beras yang dibagikan sebelumnya sehingga sebagai bentuk kekecewaan warga ramai-ramai mengembalikan beras itu ke kantor desa.

Bacaan Lainnya

Akibat kualitas beras yang kurang bagus itu, tidak saja warga setempat yang kecewa, namun pentolan LSM Gema Nusantara (Genus) Antonius Sanjaya Kiabeni juga melontarkan kritikan yang cukup pedas.

Ketua Badan Eksekutif LSM Genus itu menyatakan, Pemkab Buleleng tidak boleh abai kepada masyarakat Desa Bondalem selama  masa karantina. Tidak saja soal kontrol kesehatan berkait Covid-19 namun soal hajat hidup warga yang menjadi tanggungan pemerintah. Terlebih soal logistik, pemerintah mesti cermat agar tidak menimbulkan persoalan baru di tengah konsentrasi menangani soal Covid-19.

“Soal beras yang di bawah standar banyak masyarakat tolak beras itu karena tidak layak dikonsumsi manusia,” tandas Anton.

Kepala Desa /Perbekel Bondalem Drs Ec Ngurah Sadu Adnyana membenarkan beberapa warganya mengembalikan beras dari pemerintah karena dianggap tidak layak konsumsi. Namun, setelah dikembalikan ada sebagian warga yang mengambil kembali karena merasa dipaksa oleh warga lainnya.

“Ada masyarakat yang sebelumnya kembalikan berasnya, barusan ke sini marah-marah dan ambil kembali berasnya. Katanya dia dipaksa mengembalikan berasnya,” kata Perbekel Ngurah Sadu, Rabu (6/5/2020).

Ngurah Sadu mensinyalir ada pihak yang mengkoordinir penolakan beras itu karena mereka warga yang terbiasa makan enak dengan beras berkualitas bagus.

“Ada yang sebelumnya makannya enak-enak lalu dikasih beras Bulog jadi kaget. Kalau masyarakat biasa mereka terima kok, tidak masalah. Ini karena ada orang yang sengaja mengkoordinir tolak beras jatah ini,” kata Ngurah Sadu.

Kendati demikian, Ngurah Sadu mengaku akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Buleleng untuk mengganti beras dengan kualitas lebih baik.

“Yang mau kembalikan silakan, kami akan berkordinasi dengan Pemkab Buleleng,” ucapnya.

Ngurah Sadu menyebut, distribusi beras ke desanya terjadi dua tahap. Yang pertama 10 ton  dan tahap kedua 30 ton. “Yang tahap pertama tak masalah justru yang tahap dua bermasalah,” ungkapnya.

Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng Gede Suyasa mengaku sudah melakukan kordinasi dengan pihak Bulog pemasok utama beras yang bermasalah tersebut agar tidak menjadi bola liar yang bakal dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk memperkeruh situasi.

Suyasa menduga pengawasan terhadap distribusi beras itu lemah mengingat yang dipasok ke Desa Bondalem dalam jumlah besar.

“Mungkin karena jumlahnya banyak sehingga ada yang tidak terawasi dengan baik. Tadi ada beberapa warga yang mengembalikan,” ucap Gede Suyasa.

Suyasa mengakui sampel beras yang diambil cukup bagus itu pun setelah dilakukan analisa. Namun  sampai ke masyarakat ternyata ada fakta lain sehingga pihaknya harus melakukan koordinasi dengan Bulog.

“Kita sudah lakukan koordinasi dengan Bulog melalui Dinas Sosial dan Bulog sudah menyampaikan permohonan maaf serta akan mengganti beras tersebut,” ujar Suyasa.

Sementara itu, Kepala Bulog Taguwisia Kecamatan Seririt, Wayan Adi membenarkan pihaknya mendapat komplain soal kualitas beras yang dikirim ke Desa Bondalem. Namun sebelumnya, Wayan Adi mengaku telah memberi penjelasan kepada pihak Dinas Sosial Buleleng bahwa beras yang ada di gudangnya merupakan beras kualitas LN asal Vietnam. Oleh pihak Dinas Sosial disetujui karena beras tersebut secapatnya diminta tersedia di Desa Bondalem.

“Sudah kami jelaskan kualitas beras asal Vietnam itu dan mereka setuju,” kata Wayan Adi.

Namun demikian,pihaknya tetap akan mengganti beras itu dengan kualitas yang lebih baik dari NTB.

“Kami sudah lakukan proses penyediaan beras dengan kualitas lebih baik asal NTB dan diperkirakan Jumat (8/5/2020) sudah tiba di gudang kami. Selanjutnya akan dikirim ke Desa Bondalem,” tandasnya.  (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.