Saung Ndusuk Hidangan Khas Acara Adat Manggarai hingga ‘Pesta Sekolah’

saung ndusuk
Saung Ndusuk (Senggani). (rob)

BORONG | patrolipost.com – Daun Senggani dikenal sebagai saung Ndusuk di Manggarai. Daun Senggani merupakan flora liar yang bisa digunakan sebagai obat herbal menyembuhkan beberapa penyakit tertentu. Namun di Manggarai, Senggani merupakan tanaman liar istimewa.

“Acara adat di Manggarai terasa tidak lengkap tanpa daun Senggani atau saung Ndusuk. Daun Senggani diambil di hutan saat ada acara adat, dimasak dengan daging babi, bisa juga daging anjing ditambah bumbu-bumbu sederhana, jadilah sayuran yang enak lezat pada acara tersebut,”  jelas Frans Armin, sorang warga Wae Kala kepada patrolipost.com, Minggu (5/3/2023).

Menurut Armin, daun Senggani sebagai sayuran pada acara adat dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk ratusan porsi hidangan. Daun Senggani atau Ndusuk bisa didapatkan dari padang Sabana di dekat pemukiman warga.

“Saung Ndusuk untuk keperluan pesta bisa 1 kuintal atau lebih, bisa juga kurang tergantung jenis upacara adat yang akan dilaksanakan,” imbuhnya.

Menurut Armin, bukan hanya dibutuhkan pada acara adat, keperluan acara galang dana untuk mendukung pendidikan seorang anak Manggarai yang dikenal sebagai ‘Pesta Sekolah’ juga butuh saung Ndusuk.

“Pesta sekolah bukan berarti pesta yang digelar di sekolah, misalkan ulang tahun sekolah atau acara pelepasan siswa yang sudah lulus. Pesta Sekolah merupakan acara pengumpulan dana untuk melancarkan biaya kuliah anak-anak Manggarai di perguruan tinggi. Acara ini juga butuh saung Ndusuk dalam jumlah banyak, dimasak bersama daging dan rawas (lemak) babi,” jelasnya.

Senggani atau saung Ndusuk merupakan tumbuhan liar yang dicari saat dibutuhkan. Saung Ndusuk tidak dibudidayakan meskipun sangat penting saat acara adat maupun pesta sekolah.

Tumbuhan liar saung Ndusuk secara tidak langsung melahirkan banyak para sarjana dan pejabat di Manggarai. Tak ada sayur Ndusuk, hanya sedikit dana terkumpul saat pesta sekolah. Tak ada sayur Ndusuk, acara adat terasa kehilangan hidangan khasnya. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.