Prokes Ketat Ibadah Terawih, ”Piring Terbang Juga Kami Ganti dengan Nasi Kotak”

Shalat Terawih hari pertama di Masjid Jogokariyan berlangsung khusyuk dan tertib dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan tetap berjaga jarak. (ist)

 

YOGYAKARTA | patrolipost.com – Shalat Terawih hari pertama di Masjid Jogokariyan berlangsung khusyuk dan tertib dengan menerapkan protokol kesehatan serta tetap berjaga jarak.

Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir menegaskan, protokol kesehatan menjadi syarat wajib. Setiap jamaah yang datang selalu diingatkan. Mulai dari cuci tangan, pemakaian masker hingga saf berjarak.

“Berlangsung seperti biasa tapi dengan catatan menjalankan protokol kesehatan dengan lebih baik. Tidak batasi jumlah jamaah, kalau tidak muat kami sediakan di jalan, antisipasi kalau meluap. Demikian pengunjung dari luar kampung, kami sediakan ruang tersendiri di lantai atas,” jelasnya dilansir, Selasa (13/4).

Penerapan prokes berlangsung di setiap ujung pintu masuk masjid Jogokariyan. Terlebih dahulu dengan pengecekan suhu tubuh. Berlanjut dengan cuci tangan, baik di lantai bawah maupun atas.

Untuk memastikan prokes berjalan, ada petugas yang siaga. Perannya melakukan pengawasan kepada jamaah yang datang. Terutama untuk memisahkan antara warga dan jamaah dari luar kampung Jogokariyan.

“Jalan Jogokariyan ujung barat dan timur setiap pengunjung yang masuk dicek suhu tubuhnya dengan thermogun. Kami juga sediakan masker kalau ada jamaah yang lupa membawa,” katanya.

Tak hanya mengandalkan prokes Covid-19, Masjid Jogokariyan juga memiliki satu unit GeNose C19. Alat deteksi dini Covid-19 ciptaan UGM ini telah bersiaga. Fungsinya untuk memeriksa kesehatan jamaah yang ingin beribadah di masjid Jogokariyan.

Keberadaan GeNose C19 tak hanya diperuntukkan bagi jamaah. Pengurus masjid juga mewajibkan peserta Kampung Ramadan Jogokariyan (KJR) menjalani tes ini. Tujuannya untuk memastikan pedagang yang berjualan tak terpapar Covid-19.

“Kami juga memiliki fasilitas tes GeNose. Cek apakah mereka (jamaah) positif covid atau negatif. Kalau negatif kami ijinkan kalau positif mohon maaf. Juga untuk pedagang, dilakukan secara periodik,” ujarnya.

Jazir menambahkan, khusus untuk pedagang ada pembatasan kuota. Jika dalam kondisi normal, pasar sore Ramadan di kampung Jogokariyan bisa menampung 600 pedagang. Untuk saat ini hanya mencapai 279 pedagang.

Stan pedagang juga berjarak 2 meter. Kebijakan ini untuk menghindari munculnya kerumunan dan kepadatan jalan. Diketahui bahwa lokasi stan pedagang berjejer dari sisi timur hingga barat masjid Jogokariyan.

“Budaya buka puasa bersama juga sedikit berubah. Biasanya piring terbang sampai 3.500 piring, ini kami ganti dengan 3000-an nasi kotak perhari,” katanya. (305/jpc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.