Peserta Festival Budaya Spiritual Surakarta Adakan Napak Tilas di Astana Mangadeg Karanganyar

napak tilas
Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Surakarta mengadakan Napak Tilas Spiritual. (Ist)

SURAKARTA | patroliopost.com –  Peserta Festival Budaya Spiritual di Kota Surakarta menggelar Napak Tilas Spiritual di Astana Mangadeg, Matesih, Karanganyar, Senin (17/7/2023).

Rangkaian Napak Tilas Spiritual dilakukan oleh para peserta lewat ziarah di kompleks makam yang berisi makam dari leluhur Pura Mangkunegaran. Salah satunya Raja Mangkunegaran I (MN I), Raden Mas Said yang lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Bacaan Lainnya

Napak Tilas Spiritual yang diikuti sekitar 100-an peserta dari beragam paguyuban penghayat kepercayaan yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah itu merupakan rangkaian Festival Budaya Spiritual yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) lewat Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA)  Surakarta pada 17 hingga 19 Juli 2023.

Direktur KMA, Sjamsul Hadi menjelaskan ziarah menjadi penting karena Raden Mas Said merupakan pahlawan nasional yang ikut dalam melawan penjajah Belanda. Raden Mas Said juga sekaligus pelestari dan mengangkat budaya spiritual.

“Kegiatan rutinitas yang beliau lakukan sehingga diteruskan masyarakat dengan melakukan laku spiritual yang ada di masyarakat,” beber Sjamsul, Senin (18/7/2023).

Sjamsul juga menekankan, kegiatan Festival Budaya Spiritual bukan diartikan sebagai kegiatan festivalnya ataupun selebrasi, namun hendak mengangkat nilai luhur dari penghayat kepercayaan.

“Misalnya berkaitan dengan Manunggaling Kawula Gusti, mendekatkan diri pada Sang Pencipta, kemudian Memayu Hayuning Bawono itu berkaitan dengan ikut serta menjaga alam dan lingkungan. Karena, alam dan lingkungan merupakan bagian dari rangkaian kehidupan,” jelasnya.

Lewat Festival Budaya Spiritual kata Sjamsul menjadi media untuk menyampaikan serta menguatkan pesan dalam membangun kesadaran dan kepercayaan diri dari para penghayat bahwa penghayat tidak didiskriminasi, karena pemerintah sudah dan terus berupaya melakukan pelayanan.

Sesuai dengan aturan, para peserta napak tilas pria mengenakan busana batik/nusantara, sedangkan peserta wanita mengenakan busana berwana hitam dan memakai jarik/tapih.

Juru kunci makam Wignyo Suparno mengatakan, di Astana Mangadeg Karanganyar terdapat 125 makam termasuk makam dari kerabat dan para pemimpin Pura MN II dan MN III.

Napak Tilas Spiritual juga dihadiri oleh Mahasiswa S3 jurusan Antropologi dari Universitas Boston, Amerika Serikat Dylan Renca yang sedang melakukan kegiatan penelitian tentang mendalami kebinekaan agama, bangsa dan rekognisi komunitas penghayat kepercayaan di Indonesia khusunya di Kabupaten Cilacap.

“Saya merasa bahagia dapat hadir di acara Festival Budaya Spiritual serta melakukan interaksi secara langsung dengan Ibu dan Bapak penghayat kepercayaan di Indonesia,” kata Dylan.

Menurutnya, Indonesia dan berbagai negara di dunia mengalami tantangan universal yaitu mengenai multi kulturalisme.

“Penelitian yang saya lakukan hendak melihat setelah adanya pengakuan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada penghayat kepercayaan apakah ada perjuangan lanjutan yang dilakukan, khususnya perjuangan di ranah pendidikan dan isu regenerasi,” jelasnya. (pp03)

Pos terkait