Permintaan Ayam Petarung Mulai Melesu di Bangli

ayam petarung
Kadek Sudiarta dengan ayam petarung peliharaannya. (sam)

BANGLI | patrolipost.com – Permintaan ayam pertarung atau aduan belakangan ini mengalami penurunan yang sangat signifikan di Kabupaten Bangli. Tidak menutup kemungkinan banyak peternak akan gulung tikar.

Seorang peternak ayam petarung, Kadek Sudiarta (44)  mengaku sudah menggeluti usaha ternak ayam petarung sejak tahun 2003. Jenis ayam perarung yang dikembangbiakan beragam mulai dari jenis Sweater, Black Bonanza, Black Grey dan jenis lainya.

Bacaan Lainnya

”Sebelumnya kami coba peruntungan dengan ternak babi, namun karena harga babi fluktuatif dan melihat pangsa pasar yang menjanjikan kami beralih budidaya ayam petarung,” ujarnya, Minggu (4/9/2022).

Peternak  asal Desa Tiga, Kecamatan Susut ini mengaku memelihara sebanyak 594 ekor ayam. Biasanya ayam yang dijual telah menginjak usia 17 bulan. Sementara untuk harga ayam kisaran Rp 2 juta sampai  Rp 3 juta per ekornya. Untuk pangsa pasar, Kadek Sudiarta mengaku telah memiliki pelanggan tetap yakni dari seputaran Bangli, Denpasar, Karangasem dan Gianyar. Selain itu dia juga memiliki pelanggan tetap dari luar Bali,  seperti dari  Manado, Kupang dan Flores dan Sumatera.

Lantas untuk transaksi dengan pelanggan khususnya dari luar Bali, kata dia, selain pelanggan datang langsung melihat kondisi ayam juga transaksi dilakukan via online.

”Untuk ayam yang dikirim ke luar Bali  biasanya lewat udara, untuk dokument sudah ada yang bertanggung jawab, kami hanya sebatas menjual ayam  di tempat,” ungkap pria yang juga seorang ASN ini.

Disinggung realita yang terjadi saat ini, kata Kadek Sudiarta secara umum dampaknya dirasakan peternak ayam aduan. Kini permintaan ayam alami penurunan yang cukup siginifikan. Dalam kondisi normal ayam yang laku terjual kisaran 1—20 ekor per bulannya. Sementara hingga hari ini ayam yang laku terjual baru 8 ekor saja.

Realita yang terjadi tidak tutup kemungkinan banyak peternak mulai lakukan banting harga. Namun demikian pihaknya tetap pertahankan harga karena menyangkut imej peternak.

“Semisal saat pandemi Covid-19 banyak peternak jual ayam dengan harga murah, namun kami tetap pertahankan harga, justru permintaan ayam datang dari NTT, begitupula sekarang menurut pandangan kami mungkin bisa saja dalam beberapa bulan ke depan situasi kembali normal,” ungkapnya. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.