Perayaan Natal Berlangsung Semarak di Gereja Stasi Menge Paroki Tanggar Keuskupan Ruteng

misa natal matim
misa natal matimUmat memenuhi ruangan Gereja di Menge, Paroki Tanggar, Keuskupan Ruteng. (rob)

BORONG | patrolipost.com – Suasana Natal 2022 berlangsung aman dan tertib hampir di seluruh penjuru NKRI, terlebih khusus di Paroki Tanggar, Keuskupan Ruteng, NTT. Suasana perayaan Natal 2022 berlangsung semarak di Gereja Stasi Menge, Paroki Tanggar, Keuskupan Ruteng, Minggu (25/12/2022).

Pastor Gusti Ganggung dalam pesannya kepada umat menjelaskan, tema Natal 2022, “Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 2:12) menjelaskan, pulang melalui jalan lain mesti diterjemahkan secara rohani.

Bacaan Lainnya

“Pulang melalui jalan yang lain berarti mengambil jalan yang baru dan baik serta jalan bersama-sama. Jika selama ini jalan yang kita ambil adalah jalan yang buruk dan penuh dosa, maka saatnya sekarang mengambil jalan lain dalam artian jalan yang benar. Mengambil jalan yang lain juga hendaknya berjalan bersama, tidak berjalan sendiri-sendiri,” jelas pastor Gusti.

Selanjutnya, Pastor Gusti menganalogikan umat manusia dengan Lampu Gas.

“Umat Kristiani ibarat lampu Gas, perlu dipompa semangatnya agar bisa bersinar terang,” tambahnya.

Diketahui sebelum ada listrik masuk desa, penerangan di perkampungan di Manggarai pada umumnya menggunakan lampu gas. Lampu berbahan bakar minyak tanah tersebut dilengkapi pompa agar saat redup bisa dipompa sehingga bisa terang kembali.

Dikutip dari tirto.id Pesan Natal tahun ini, “……pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” diambil dari kitab Matius 2 ayat 12, ketika Yesus lahir dan dikunjungi orang-orang bijak dari Timur.

Saat Yesus lahir, orang-orang bijak dari Timur dengan bantuan bintang datang untuk menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan yang istimewa tersebut, orang-orang bijak itu kembali ke negerinya melalui jalan lain seperti yang ditunjukkan Tuhan.

Mereka mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya.

“Jalan lain” itu dapat dipahami juga secara rohani. Sesudah bertemu dengan Yesus, orang tidak lagi menjalani hidup dengan cara lama, tetapi dengan cara yang baru, menjadi manusia baru. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.