Pasien Menumpuk, Unair Tutup Layanan Hingga 14 Hari, Nasih: Hanya Bersifat Sementara

Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih
Meningkatnya pasien membuat pihak rumah sakit mengatur jalur masuk dan keluar pasien.(ils/net)

SURABAYA | patrolipost.com – Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan Institut Tropical Disease (ITD) masih menutup sementara pelayanan pasien baru covid-19. Sebab, hingga saat ini terjadi penumpukan pasien di RSUA dan sampel swab di laboratorium ITD. Penutupan sementara tersebut berlangsung hingga 14 hari ke depan.

Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih mengatakan, penutupan layanan covid-19 di RSUA dan ITD Unair hanya bersifat sementara. Saat ini terjadi lonjakan pasien covid-19. Kondisi RSUA, tepatnya di ruang rawat inap gedung Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi (RSPTI), penuh. Total ada ratusan pasien yang kini dirawat inap.

”Masih ada belasan pasien yang masih dirawat di IGD (instalasi gawat darurat) untuk mendapat antrean masuk RIK (ruang isolasi khusus),” katanya.

”Jadi, kondisi RSUA dan laboratorium ITD Unair sama. Ada penumpukan pasien dan sampel yang harus dituntaskan terlebih dahulu,” ujarnya kemarin.

Nasih menuturkan, selama penutupan sementara layanan RSUA dan ITD Unair, para nakes akan melayani pasien yang tengah dirawat inap di rumah sakit hingga sembuh total. Jika ada yang sudah sembuh, bed yang kosong bisa diisi pasien baru.

Sementara itu, Pemprov Jatim dan Kodam V/Brawijaya juga telah meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Gugus Tugas Pusat Covid-19 untuk mendatangkan dua mobil PCR swab.

Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Soetomo itu menuturkan, dua mobil laboratorium PCR tersebut digunakan untuk masyarakat Jawa Timur. Namun, saat ini diprioritaskan di Surabaya karena jumlah kasusnya tertinggi di Jatim. ”Mobil PCR itu sementara ini ada di RS Haji Surabaya dan RSUA,” kata dia.

Di lain pihak, anggota DPRD Surabaya menunjukkan keprihatinan atas semakin menanjaknya angka persebaran Corona di Surabaya. Begitu pula krisis ruang isolasi di Kota Pahlawan. Sebab, belum ada skala prioritas penanganan ketika penderita dirawat di rumah sakit. Dewan mengusulkan agar yang dirawat di rumah sakit rujukan hanya penderita positif dengan gejala berat dan disertai penyakit kronis.

Sekretaris Fraksi Demokrat-Nasdem Imam Syafi’i menyatakan sudah melakukan sidak ke beberapa rumah sakit rujukan. Ada satu temuan yang patut menjadi perhatian. ”Ada pasien yang gejalanya tidak berat, tetapi dimasukkan ruang perawatan di RS rujukan. Itu menjadi beban tersendiri bagi rumah sakit,” ujarnya setelah mengikuti rapat paripurna di kantor DPRD Surabaya.(305/jpc)

Pos terkait