Musim Kemarau, BPBD: 13 Desa di Buleleng Rawan Karhutla

karhutla bllng
Petugas melakukan penanganan kebakaran lahan di Buleleng. (ist)

SINGARAJA | patrolipost.com – Memasuki musim kemarau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng sudah dalam kondisi siaga. Sejumlah desa yang berpotensi menjadi titik rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) telah diidentifikasi terutama desa-desa yang memiliki kawasan hutan.

Ada sebanyak 13 desa tersebar di Kecamatan Gerokgak, Seririt, dan Tejakula menjadi kawasan pemantauan. Bahkan beberapa langkah sudah dilakukan termasuk tidak memicu penyebab kebakaran dengan menyalakan api sembarangan di lahan terbuka.

Bacaan Lainnya

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengungkap adanya kerawanan hutan di Bali Utara yang mudah terbakar memasuki musim kemarau tahun 2024 ini. Terlebih dengan suhu panas sangat mudah memicu percikan api pada lahan kering.

“Di Buleleng luas hutannya banyak. Contoh di Gerokgak, kalau musim kemarau, semua kering. Sangat berpotensi terjadi kebakaran,” kata Ariadi Pribadi, Minggu 26 Mei 2024.

Menurut Ariadi ada 13 desa yang selama ini terpetakan rawan karhutla. Dan itu tersebar di beberapa desa diantaranya Desa Sumberklampok, Pejarakan, Sumberkima, Musi, Pemuteran, Banyupoh, Patas dan Pengulon di Kecamatan Gerokgak. Kemudian Desa Pangkung Paruk dan Unggahan di Kecamatan Seririt. Lalu Desa Tejakula, Les, dan Tembok di Kecamatan Tejakula.

“Faktor alam dan manusia bisa menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ada juga kebiasaan masyarakat membuang puntung rokok sembarangan, bahkan pemakaian api dan asap saat mencari madu di hutan juga menjadi pemicu,” imbuhnya.

Hal lain kata Ariadi kebakaran sering terjadi akibat faktor angin karena adanya gesekan ranting kayu di hutan.

“Sambaran petir terkadang menjadi penyebab hingga kenaikan suhu,” kata Ariadi.

Untuk mengatasinya, Ariadi mengatakan telah membentuk komunitas relawan kebakaran hutan. Komunitas itu disebut masyarakat peduli api, yang pembentukannya  bersama dengan KPH Bali Utara dan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) bertugas menangani karhutla secara kolaboratif.

“Pemerintah Kabupaten Buleleng juga berkomitmen mengantisipasi dan juga mencegah potensi kekeringan. Misalnya dengan penyiapan mobil tangki dan penampungan air untuk membantu desa-desa yang nantinya berpotensi kekurangan air,” ucapnya.

Ariadi mengatakan dari 148 desa/kelurahan di Buleleng, terdapat 28 desa yang berpotensi mengalami kekurangan air bersih. Jadi nanti akan salurkan air bersih ke desa yang mengalami krisis air.

“Penanganan yang dilakukan secara koordinatif dan terintegrasi dengan pihak terkait,” tandas Ariadi. (625)

Pos terkait