Menolak Rapid Test, Warga Sidetapa Pukul Kepala Dandim Buleleng

Kasus pemukulan warga yang menolak test rapid  antigen oleh anggota Kodim 1609/Buleleng berakhir damai setelah dilakukan mediasi. (ist)

SINGARAJA | patrolipost.com – Peristiwa anggota TNI menghajar warga saat kegiatan tes rapid antigen massal di Wantilan Pura Bale Agung, Desa Sidetapa, Buleleng, Bali Senin (22/8/2021) berakhir damai. Komandan Kodim (Dandim) 1609/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto yang dalam kejadian itu dipukul kepalanya oleh warga, mencabut laporan polisi di Polres Buleleng.

Windra melapor ke Polres Buleleng beberapa saat setelah kasus itu terjadi. Insiden pemukulan terjadi ketika sejumlah anggota TNI dari Kodim 1609/Buleleng dan Yonif Raider 900/SBW terlibat perselisihan akibat warga menolak saat akan dirapid antigen. Tak saja anggota TNI, sejumlah warga juga babak belur setelah menerima pukulan dan tendangan dari aparat yang marah setelah melihat rekan-rekannya diserang.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya dilakukan mediasi secara tertutup di Mapolres Buleleng dipimpin Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto. Hadir dalam mediasi Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf Windra, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Asisten I Setda Buleleng Ida Bagus Suadnyana. Selain itu hadir tokoh masyarakat Desa Sidetapa, Wayan Arta yang juga anggota DPRD Provinsi Bali dan Kepala Desa/Perbekel Desa Sidetapa, Ketut Budiasa. Hanya saja oknum warga (pelaku) yang terlibat insiden kejadian itu tidak hadir sehingga dalam mediasi di Polres Buleleng tidak menemukan titik terang.

Usai mediasi, Wayan Arta membantah informasi yang menyebut warga Desa Sidatapa telah mengeroyok Dandim Buleleng. Bahkan Arta menuding, kasus itu berawal dari kegiatan swab antigen yang seolah dipaksakan terhadap warga yang tidak bersedia. Secara kebetulan, katanya, 2 anak muda melintas dan karena takut dilakukan swab, sehingga terjadilah insiden tersebut. Arta menyebut, 5 warga mengalami luka  3 diantaranya hasil visum menunjukkan lukanya cukup parah.

“Kami berharap  pertemuan tadi, ada upaya damai dan sesuai harapan bersama. Tidak mungkin masyarakat kecil mengeroyok Dandin. Ini harus diluruskan untuk nantinya bisa membersihkan nama desa kami agar tidak jelek,” ujar Arta.

Sementara itu Dandim Letkol Inf Windra menegaskan, persoalan ini sudah dianggap selesai. Windra mengaku lebih mengedepankan kepentingan terbaik untuk negara dan bangsa.

”Persoalan ini bagi saya sudah tidak ada masalah. Demi bangsa dan negara, kami siap melakukan yang terbaik,” tandas Windra.

Setelah mediasi di Polres Buleleng, mediasi yang sama juga dilakukan di Desa Sidatapa secara tertutup. Oknum yang berselisih saat insiden itu langsung dihadirkan. Hasilnya, kedua belah pihak berdamai. Letkol Inf Windra mencabut laporannya di Polres Buleleng dibuktikan dengan surat pernyataan. Diharapkan, persoalan ini tidak berlanjut yang berdampak pada situasi Kamtibmas di wilayah Buleleng.

Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengatakan, hasil mediasi di Desa Sidetapa berjalan lancar. Dari Kodim 1609/Buleleng telah mengakui adanya kekeliruan ketika kegiatan swab, sehingga ke depan persoalan ini tidak akan berkembang lagi di masyarakat.

“Dandim akan mencabut laporan dan warga meminta agar kegiatan swab dilakukan dengan terlebih dahulu menginformasi kepada warga jauh sebelumnya tentu tidak dengan upaya paksa. Laporan akan dicabut dengan adanya surat pernyataan bermaterai,” ucap Andrian.

Sebelumnya, sempat terjadi insiden pemukulan oleh aparat TNI setelah beberapa warga Desa Sidatapa dilaporkan menolak kegiatan rapid antigen yang digelar Kodim 1609/Buleleng, Senin (22/8/2021). Insiden tersebut bermula saat pelaksanaan tes antigen berjalan sekitar pukul 09.40 Wita, dimana dua orang anak muda berboncengan menggunakan sepeda motor tanpa mengenakan masker. Tim Satgas Nanggala yang melihat kemudian menghentikannya, namun mereka tidak mau berhenti dan malah menabrak salah satu anggota TNI.

Melihat peristiwa itu, dua orang anggota TNI kemudian melakukan pengejaran namun keduanya lolos. Berselang 5 menit kedua pemuda tersebut kembali dan menanyakan dengan nada menantang dan suara kencang. Keduanya lantas diarahkan untuk dirapid antigen. Namun tanpa diduga, keluarga dari kedua pemuda tersebut datang dengan jumlah 5 orang dan menariknya agar tidak dirapid.

Melihat kondisi itu, Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto, lantas mengintruksikan kepada anggotanya untuk menahan kedua pemuda itu. Namun tiba-tiba Dandim dipukul di kepala bagian belakang sebelah kanan oleh orang yang tidak dikenal.

”Tiba-tiba kepala saya dipukul dari belakang oleh salah satu dari dua orang itu. Melihat saya selaku komandan Kodim dipukul, anggota saya yang sedang melakukan tugas langsung bereaksi,” jelas Windra. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.