Mengintip Kesiapan Labuan Bajo Sambut Side Event G20

waterfront
Waterfront Labuan Bajo. (ist)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Labuan Bajo, destinasi Super Prioritas yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur dipilih menjadi salah satu tempat diselenggarakannya pelaksanaan side event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, pertemuan forum kerjasama multilateral yang melibatkan 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) yang memiliki kelas pendapatan menengah hingga tinggi, negara berkembang hingga negara maju.

Selain Bali yang menjadi pusat penyelenggaraan KTT G20, penyelenggaraan side event selama Presidensi G20 juga akan dilaksanakan di beberapa lokasi di Indonesia, yaitu di sekitar 19 kota dan 5 diantaranya adalah Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu Danau Toba di Sumatera Utara; Borobudur, Magelang di Jawa Tengah; Mandalika di Nusa Tenggara Barat; Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur; dan Likupang di Sulawesi Utara.

Bacaan Lainnya

Meskipun pusat penyelenggaraan akan berpusat di Bali, namun terpilihnya Labuan Bajo diharapkan menjadi momentum yang tepat dalam membangun kembali pariwisata Labuan Bajo yang terpuruk karena Covid 19. Selain itu penyelenggaraan side event G20 ini juga diharapkan mampu mempromosikan keragaman budaya sekaligus potensi wisata, potensi produk lokal dan investasi yang bermuara pada kebangkitan perekonomian daerah.

Pemerintah pusat telah memilih Labuan Bajo untuk digelarnya 10 agenda side meeting G20, yang rencananya akan dimulai pada bulan Mei hingga Oktober 2022. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Shana Fatina menyampaikan Labuan Bajo saat ini telah siap menyambut 10 agenda meeting tersebut.

“Labuan Bajo telah siap menyambut KTT G20,” ujar Shana kepada sejumlah awak media dalam kegiatan ngobrol bareng media di Kantor BPOLBF, Kamis (10/02/2022).

Shana menjelaskan untuk mengakomodir 10 agenda meeting tersebut, Badan Pelaksana  Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) selaku Satuan Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan kolaborasi kerjasama lintas stakeholder dengan melakukan peningkatkan kualitas pada sisi amenitas, aksesibilitas dan atraksi.

Dari sisi aksesibilitas, keberadaan Bandar Udara Komodo yang tengah dilakukan penambahan konstruksi melalui perpanjangan runaway dan penambahan area parkir pesawat diharapkan dapat menunjang pelaksanaan side event G20. Selain itu keberadaan Terminal Multipurpose Wae Kelambu selama gelaran side event selain sebagai tempat bongkar muat juga akan digunakan juga sebagai tempat sandar kapal Roro, niaga dan pelayaran rakyat, sehingga area pelabuhan pada Waterfront hanya dikhususkan bagi kapal – kapal wisata. Selain itu penataan promenade, penataan koridor jalan, dan penataan jalur pedestrian telah rampung dikerjakan.

Dari sisi amenitas, Shana menyebutkan terdapat 11 hotel dan 2 homestay yang telah mengantongi sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata yang disiapkan untuk menyambut para delegasi maupun wisatawan. Selain itu, berbagai opsi tempat pelaksanaan meeting pun juga telah disiapkan guna memberikan pengalaman rapat yang berbeda bagi para peserta konferensi.

“Kita menyiapkan beberapa opsi rapat bagi para delegasi, diantaranya meeting on the venue (hotel), meeting di pantai, meeting di kapal dan meeting di destinasi wisata,” ujar Shana.

Terdapat 6 hotel bintang 4 dan 5 yang telah disiapkan untuk opsi rapat on the venue, selain itu terdapat 5 lokasi pantai yang eksotis yang disiapkan untuk opsi meeting di pantai, 5 kapal phinisi dengan kapasitas masing-masing hingga 50 orang serta  3 destinasi wisata khusus untuk kegiatan rapat di destinasi wisata, diantaranya adalah Destinasi Wisata Goa Batu Cermin, Puncak Waringin dan Kampung Adat Liang Ndara di Melo.

Dijelaskan Shana, kolaborasi Kemenparekraf bersama PUPR juga telah menyiapkan Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) berkualitas yang telah dikelola langsung oleh masyarakat sehingga dalam gelaran side meeting G20 juga dapat digunakan bagi wisatawan, Sarhunta ini diantaranya 242 homestay, 25 workshop, 99 toko, 44 kuliner.

“Tentunya homestay ini akan kita kurasi kembali  sehingga homestay ini bisa dijadikan lokasi penginapan, selain itu juga memberikan pengalaman yang berbeda tentang wisata di Labuan Bajo. Ini juga salah satu upaya kita untuk memastikan bahwa masyarakat bisa berpartisipasi langsung dalam kegiatan perhelatan G20 karena bisa berinteraksi langsung dengan wisatawan,” ucap Shana.

Tidak hanya dalam hal kesiapan tempat berlangsungnya rapat para delegasi. Dari sisi atraksi, Labuan Bajo menyiapkan berbagai infrastruktur pendukung yang akan ditawarkan kepada para delegasi di sela – sela berlangsungnya kegiatan meeting G20.

Diantaranya kehadiran Waterfront City yang dapat digunakan sebagai tempat menampilkan atraksi pertunjukan seni dan budaya serta festival musik maupun kreasi masyarakat yang dapat ditampilkan bagi para delegasi atau wisatawan. Selain itu terdapat pula fasilitas Loh Buaya di Pulau Rinca, Kawasan Creative Hub Puncak Waringin sebagai pusat industri ekonomi kreatif (UMKM), Destinasi Wisata Goa Batu Cermin, tempat parkir serta stasiun pengisian mobil/motor/sepeda listrik.

Shana juga menjelaskan, khusus untuk mendukung side meeting G20, BPOLBF telah menyiapkan 11 desa wisata yang masuk dalam rencana perjalanan wisata bagi para delegasi. Pemilihan 11 Desa Wisata ini jelas Shana dengan mempertimbangkan kemudahan akses penerbangan serta jarak jangkauan wisata yang cepat dicapai, hal ini mengingat terbatasnya waktu para delegasi saat berada di Labuan Bajo.

“Untuk G20, ada 11 desa wisata yang kita tawarkan masuk kedalam travel pattern yakni Desa Komodo, Pasir Panjang, Rangko, Liang Ndara, Batu Cermin (Manggarai Barat) Kampung Todo, Wae Rebo (Manggarai), Bena (Ngada) Koanara, Woloara dan Wologai (Ende),” jelasnya.

Memanfaatkan waktu para delegasi saat berada di Labuan Bajo, pihaknya mengakui akan tetap mempromosikan 35 Daerah Tujuan Wisata serta 30 Desa Wisata Tematik yang tersebar di Flores, Alor, Lembata dan Bima.

“Memanfaatkan momentum KTT G20, kita juga akan menawarkan daerah tujuan wisata yang ada serta desa – desa wisata yang kita punya dan kita berharap mereka bisa kembali lagi dan dapat mengunjungi tempat – tempat wisata ini. Karena Konsep pengembangan kita selalu prinsipnya mendistribusikan wisatawan tidak hanya di Labuan Bajo tapi ke destinasi lainnya. Kita mengembangkan pariwisata terintegrasi dan bisa melibatkan masyarakat,” ucapnya.

Selain menawarkan paket perjalanan ke desa wisata, tersedia pula perjalanan wisata dalam Kota Labuan Bajo bagi para delegasi maupun wisatawan yang tidak sempat berwisata ke desa wisata. Selain itu akan tersedia pula travel guide yang memuat semua informasi tentang pariwisata Labuan Bajo, mulai dari produk UMKM, daerah tujuan wisata, hotel, restaurant, homestay hingga tempat usaha kuliner.

“Wisatawan yang tidak sempat keliling kita tawarkan travel pattern dalam kota Labuan Bajo yang sudah disiapkan teman – teman PUPR untuk fasilitas utamanya di KSPN labuan Bajo, rumah rumah dan pemukiman kampung wisata yang bisa dikunjungi dengan berjalan kaki sehingga keindahan kota Labuan Bajo benar – benar bisa dinikmati wisatawan dari sudut manapun,” tukasnya.

Lanjut Shana, hal paling penting yang juga disiapkan adalah terkait faktor kesehatan, keamanan dan keselamatan para delegasi maupun wisatawan saat berada di Labuan Bajo. Shana menyampaikan, dari sisi kesehatan, penerapan Protokol Kesehatan akan secara ketat dilakukan di setiap pintu masuk, baik di Bandara Komodo maupun di Pelabuhan, dan untuk memastikan semua diterapkan dengan baik,  dalam waktu dekat pihaknya bekerjasama dengan lembaga terkait akan melakukan simulasi kedatangan wisatawan di Bandara Komodo.

“Dalam waktu dekat, melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait akan dilakukan Arrival Simulation (simulasi kedatangan wisatawan). Pada intinya, semua fasilitas PCR akan dibentuk seperti travel Bubble untuk memudahkan wisatawan untuk tidak berinteraksi sebelum dipastikan dia aman sebelum masuk Labuan Bajo,” ujar Shana.

Selain itu, untuk memastikan keselamatan dan keamanan para delegasi maupun wisatawan, Shana menyampaikan nantinya akan dibentuk  Command Center yang merupakan tim gabungan lintas stakeholder yang mampu memberikan respon cepat jika terjadi situasi kedaruratan.

“Menjadi destinasi yang siap, kita menyisipkan safety tourism. Simulasi sudah dilakukan bulan November 2020. Kantor Command Center itu (nantinya) di Waterfront, sehingga bisa dilakukan akses kantor bersama yang bisa memberikan respon cepat jika terjadi kecelakaan atau situasi kedaruratan. Selain itu juga nanti juga akan dibantu polisi pariwisata dari Kepolisian,” tutupnya.

Adapun Kantor Command Center ini nantinya akan menjadi kantor bersama dari berbagai Stakeholder, diantaranya, Tourism Information Center, Basarnas Manggarai Barat, Pemkab Manggarai Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,  Kodim 1612 Manggarai, Lanal TNI – AL Labuan Bajo, BMKG Manggarai Barat, Gakkum KLHK, Balai Taman Nasional Komodo, Brimob Manggarai Barat, SatPol PP Manggarai Barat, RSUD Komodo, RS Siloam, Polres Manggarai Barat dan Pemerintah Provinsi NTT. (afri magung)

Pos terkait