Longsor di Jalan Trans Flores, Ketua DPD PSI: Pemkab Mabar Harus Lakukan Pemetaan Daerah Rawan

longsor di mabar
Sebuah truk tergelincir hingga terjebak di tengah longsoran dan menyebabkan kemacetan panjang di ruas jalan Trans Flores Labuan Bajo - Ruteng, Senin (13/12/2021). (ist)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Bencana tanah longsor kembali terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (13/12/2021). Beruntung musibah yang terjadi di ruas jalan Trans Flores Labuan Bajo – Ruteng ini tidak menyebabkan adanya korban jiwa.

Namun musibah ini mengakibatkan arus lalu lintas di jalur tersebut menimbulkan kemacetan panjang. Diperkirakan kemacetan panjang terjadi hampir selama 2 jam lebih. Hal ini diakibatkan karena terdapat beberapa pohon yang tumbang serta sejumlah material seperti tanah, kerikil dan bebatuan menutupi ruas jalan. Hal ini diperparah ketika satu unit truk ekspedisi yang sedang melintas tergelincir ke tepi jalan.

“Untuk sementara arus lalu lintas sudah mulai lancar. Tetapi satu unit ekspedisi masih di lokasi,” ujar Flavianus, seorang warga saat melintasi jalur tersebut.

Untuk melancarkan arus kendaraan yang melintas, petugas memberlakukan sistem buka tutup sembari menanti truk tersebut berhasil dievakuasi.

Musibah tanah longsor yang tepatnya terjadi pada area Kampung Golo Langkas, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling, Manggarai Barat ini diharapkan menjadi lampu hijau bagi Pemkab Manggarai Barat untuk melakukan pemetaan dini pada area rawan bencana seperti tanah longsor.

Hal ini disampaikan oleh Ketua DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Manggarai Barat, Marselinus Masri Urus. Pria yang akrab dipanggil Masri ini meminta pemerintah setempat untuk melakukan identifikasi awal sejumlah daerah rawan bencana, mengingat beberapa hari belakangan curah hujan yang tinggi melanda sejumlah wilayah di Indonesia, tak terkecuali Manggarai Barat.

“Pemda mesti secepatnya melakukan identifikasi daerah rawan longsor. Apalagi ke depan diprediksi curah hujan semakin tinggi,” ujarnya.

Alih – alih mengutamakan mitigasi pasca musibah, pemetaan awal ini menurut Masri dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk lebih berwaspada. Selanjutnya, informasi hasil pemetaan awal ini harus diinformasikan kepada masyarakat sehingga akan meminimalisir bahkan mencegah adanya korban jiwa saat musibah terjadi.

“Memang peristiwa alam itu tidak bisa kita ramalkan kapan akan terjadi. Tetapi harus ada pemetaan daerah rawan bencana. Ia memudahkan warga maupun pengguna jalan untuk lebih berhati – hati,” ujarnya.

Selain itu diperlukannya juga sinergitas antar organisasi perangkat daerah (OPD) dalam mengantisipasi serta menanggulangi musibah yang sewaktu waktu bisa terjadi.

“Harus bekerja kolektif. Semua instansi seperti DLHD, BPBD, PUPR dan instansi lain bekerja sama. Karena kita di sini tidak hanya bencana longsor tetapi banjir,” katanya. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.