Lima Seniman Lintas Generasi Gelar Pameran Seni Rupa Bertajuk “Argya Citra”

Salah seorang pengunjung di pameran seni rupa

DENPASAR | patrolipost.com – Lima seniman lintas generasi menampilkan 29 karya dalam pameran seni rupa bertajuk “Argya Citra”, selama sebulan lebih (2 Juli-8 Agustus 2021) di Gourmet Garage, pusat kuliner dan perkakas F&B di Jalan Bypass Ngurah Rai, Jimbaran.
Dimeriahkan dengan penampilan tari kontemporer Dewa Ayu Eka Putri, pameran tersebut dibuka oleh kritikus seni Dr Jean Couteau dan dihadiri sejumlah tamu undangan dan seniman dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain sebagai apresiasi seni, gelar pameran ini juga merayakan ikatan batin seniman antargenerasi yang saling memberikan penghargaan atas semangat zaman yang mendorong mereka meniti karir masing-masing.
Putri sulung almarhum Trisno Santoso, seniman senior (1930-2008) yang juga pemilik Gourmet Garage Henny Santoso mengatakan, ia ingin mengenang sosok gigih perjuangan ayahnya melalui sejumlah karya dalam pameran kali ini dengan harapan spirit kekaryaan itu menjadi motivasi positif dan inspirasi.
Digelarnya pameran ini sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang seniman senior Trisno Santoso. Sedikitnya ada 13 karya Santoso ikut dipamerkan bersama karya empat seniman lainnya yakni, Djadja Tjandra Kirana, IB Putra Adnyana, Handy Saputra, dan Tjandra Hutama.
Henny menjelaskan, meskipun tidak mewarisi bakat seni ayahnya, dia mendapat tempaan hidup dari orangtuanya yang menanamkan kejujuran, disiplin, tangggung jawab, dan kerja keras. Sang adik, Lanny Santoso Mackenzie yang juga berprofesi seniman dan tinggal di Australia ikut memberi kesaksian melalui video streaming.
Pada 1980-2000-an Santoso bersama sahabatnya Tjandra Kirana kerap menemani pelukis terkenal Singapura Lim Tze Peng (kini berusia 103 tahun) berkarya langsung di berbagai lokasi di Bali. ‘Tiga serangkai’ yang sama-sama mengagumi Bali ini setidaknya tiga hingga empat kali dalam setahun melukis bersama saat Lim Tze Peng berkunjung ke rumah Santoso di Ubud.
Sahabat Trisno Santoso, Tjandra Kirana menuturkan, pameran ini untuk memaknai arti persahabatan dan persaudaraan yang diharapkan menggugah semangat kebersamaan bagi siapa saja. Bersama ketiga perupa lintas generasi lainnya, ia sepakat memberikan penghormatan (argya) kepada karya rupa (citra) sesama seniman.
“Kami salut atas keteguhan Santoso meniti karir hingga akhir usia. Pilihannya menjadi seniman telah menapakkan jejak dan kini dikenang handai taulan, termasuk saya dan seniman yang ikut pameran kali ini,” kata Tjandra, disela acara pembukaan pameran tersebut, Jumat (2/7) malam.
Empat karya Tjandra Kirana yang dibuat di kawasan Danau Batur, Kintamani bersama Santoso dan Lim Tze Peng pada 2000 turut dihadirkan dalam pameran ini. Bongkahan batu lahar dengan latar warna oranye yang merupakan polarisasi cahaya matahari divisualisasikan Tjandra di atas chinese paper.
Empat karya ini merekam estetika monumen alam dengan sapuan tinta cina yang menegaskan kekokohan, sekaligus keanggunan jejak geologi di kawasan kaldera Batur.
Sang fotografer IB Putra Adnyana, yang akrab disapa Gustra juga memamerkan empat karya post-photography. Seni visual berbasis foto ini diolah Gustra secara digital dan dicetak di atas kanvas sebagai ‘artprint’. Gustra mengenal Santoso secara emosional melalui karya dan antusias mengikuti pameran ini.
Sedangkan Handy Saputra mengenal Santoso dari karya-karya almarhum yang dikoleksi Henny dan Handy mengikutkan empat karya berbahan tinta dan warna cina di atas rice paper. Pengusaha yang memulai debut kesenimanan sekitar tiga tahun silam ini terus mengasah keliaran menggoreskan kuas yang melahirkan aneka figur rekaan dalam karyanya.
Fotografer Tjandra Hutama yang mengaku respek terhadap Santoso yang melahirkan banyak karya dengan objek alam, juga menyertakan empat karya berbasis foto. Tjandra menampilkan panorama alam dan filosofi kehidupan yang saling menghargai dan menjaga keharmonisan seperti tertuang dalam sastra pewayangan Mahabarata dan Ramayana, serta menggabungkan lapis-lapis citraan itu dengan teknologi olah foto yang kian canggih.
Muncul harapan bersama, spirit kebersamaan, persaudaraan, dan gotong royong semacam itu sangatlah perlu dikembangkan dan diperluas jangkauannya hingga ke berbagai ceruk kehidupan.(jok)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.