Ketua Pokdarwis Abang Erawang: Rencana Penutupan Pendakian Gunung Perlu Dikaji Lebih Matang

pokdarwis
Ketua Pokdarwis Abang Erawang, I Nengah Suratnata. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Adanya rencana Gubernur Bali I Wayan Koster mengeluarkan kebijakan melarang kegiatan pendakian gunung untuk tujuan rekreasi memantik reaksi beragam. Di satu sisi, larangan dikeluarkan untuk menjaga kesucian kawasan tersebut. Hal ini  berkaca  dari adanya beragam kasus pelanggaran kesucian di beberapa gunung di Bali oleh wisatawan mancanegara (wisman). Di sisi lain, jika larangan pendakian diterapkan tentunya akan merugikan para pemandu lokal.

Ketua Pokdarwis Abang Erawang, I Nengah Suratnata selaku pengelola pendakian Gunung Abang, Kintamani, Bangli mengaku bingung terkait adanya wacana gubernur yang melarang pendakian.

Bacaan Lainnya

“Kami baca ada wacana pelarangan pendakian, wacana ini membuat kami jadi bingung,” ujarnya ditemui, Senin (5/6/2023).

Kata  Suratnata, Pokdarwis Abang Erawang mempunyai sebanyak 45 pemandu lokal yang selama ini mengandalkan perekonomian dari melayani wisatawan yang melakukan pendakian. Sebanyak 45 pemandu lokal itu berasal dari tiga desa yakni Suter, Abang Batudinding dan Abang Songan.

“Gunung Abang pintu masuknya tidak di sini saja. Ada empat pintu masuk menuju Bukit Abang. Salah satu dari Abang Erawang. Kami selama ini, komitmen menjaga kesucian tempat suci yang telah kami warisi secara turun temurun,” tegasnya.

Meski demikian, terkait wacana larangan yang dikeluarkan Gubernur Bali, pihaknya bukannya tidak setuju untuk menjaga kesucian kawasan suci.

“Bukannya kami tidak setuju menjaga kesucian. Tapi bagaimana pemerintah agar memikirkan juga kami karena sektor pariwisata adalah kesempatan warga kami mendapat rezeki. Yang namanya kesucian, kami sebagai pengempon tentu semaksimal mungkin kami jaga,” ujar Suratnata.

Menurutnya pemerintah tidak harus dengan serta merta melakukan penutupan pendakian. Melainkan diharapkan agar pengawasan yang diperketat.

“Pemerintah kita harapkan bisa memberikan ruang-ruang khusus juga bagi masyarakat yang mata pencarian sebagai pemandu pendakian. Pemerintah kami yakini juga telah berkomunikasi dengan tokoh-tokoh. Tempat suci tidak hanya di gunung, tapi di laut dan juga danau. Makanya harus ada ruang-ruang agar mata pencarian masyarakat lokal juga tidak hilang,” ungkapnya.

Sementara terkait  tingkat kunjungan wisatawan yang melakukan pendakian ke Gunung Abang, kata dia  rata-rata mencapai 50 sampai 75 orang per hari. Bahkan, saat weekend (Sabtu dan Minggu) tingkat kunjungannya sampai ratusan orang.

“Karenanya, kami berharap mesti ada kajian lebih dalam lagi. Sebab antara spiritual dengan pariwisata bisa berkolaborasi jika dikelola dengan baik,” harapnya. (750)

Pos terkait