Fokus Stunting 2023 Akan Sasar 16 Desa dan Kelurahan di Kota Denpasar

rembug stunting
Penandatanganan pernyataan komitmen sesuai dengan SK Menteri Bappenas No 10 Tahun 2021 dalam Rembug Stunting di Hotel Grand Palace Sanur. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com – Tahun  2021, kondisi prevalensi stunting Kota Denpasar mencapai 9 persen. Meski tergolong rendah secara nasional, namun Pemerintah Kota Denpasar tetap berkomitmen untuk terus menurunkan angka stunting dengan target di bawah 5 persen. Sehingga lokasi fokus stunting pada 2023 akan menyasar 16 desa dan kelurahan yang ada di Kota Denpasar.

Hal ini disampaikan Asisten II Sekda Kota Denpasar AA Gede Risnawan saat mengikuti Rembug Stunting yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Denpasar di Hotel Grand Palace Sanur, Kamis (29/9/2022).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan hal itu, pihaknya telah menandatangani pernyataan komitmen sesuai dengan SK Menteri Bappenas No 10 Tahun 2021 tentang penetapan perluasan kabupaten/kota lokasi fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi 2022. Dimana Kota Denpasar ditentukan sebagai fokus lokasi penanganan stunting tahun 2022.

Lebih lanjut, pihaknya berharap melalui momentum Rembug Stunting dapat tersusun rencana intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang nantinya dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau Renja Perangkat Daerah pada tahun berikutnya.

Adapun dari hasil Rembug Stunting ini ditargetkan indikator pembangunan bidang kesehatan yaitu menurunkan prevalensi stunting pada anak di bawah usia 2 tahun dapat tercapai.

“Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sekaligus mempunyai kemampuan emosional, sosial dan fisik yang siap untuk belajar dan berkomitmen sebagai modal dasar pembangunan di Kota Denpasar,” terangnya.

Menurutnya, kegiatan ini juga untuk mengantisipasi terutama para pengantin baru agar mempunyai  komitmen dalam hal menjaga pola hidup dan gizi, sehingga anak yang akan dilahirkan berkualitas.

Sementara Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Denpasar Luh Nyoman Rai Suryathi menambahkan, Rembug Stunting adalah salah satu dari 8 area konvergensi penanganan stunting. Acara  rembug stunting kali ini dilakukan menyampaikan dari hasil analisis data dengan stakeholder terkait lokasi fokus yang dijadikan penanganan stunting di tahun 2023.

Hal itu tentunya sesuai dengan tujuan Rembug Stunting yakni untuk menyampaikan kepada seluruh stakeholder hasil analisis datanya, kemudian menyampaikan ke seluruh desa/kelurahan yang ada di Kecamatan di Kota Denpasar.

“Kemudian ada komitmen pimpinan, desa kelurahan dan stakeholder terkait agar pelaksanaan konvergensi stunting 2023 lokasi fokus sudah ditentukan, sehingga bisa lebih fokus ke daerah daerah pada tahun 2023,” imbuhnya.

Suryathi menuturkan bahwa dalam rembung stunting telah ditentukan dari pusat dan sudah ada standar yang menentukan lokasi fokus melalui data yang diinput dalam sistem, sehingga keluar lokasi fokus stunting tahun berikutnya.

Selain itu, lokasi fokus stunting pada  2023 akan menyasar 16 desa dan kelurahan yang ada di Kota Denpasar. Dari hasil analisis data-data yang dimasukan adalah yang terkait dengan kondisi dari lingkungan.

“Bagaimanakah sanitasi di desa tersebut atau wilayah tersebut, baik atau tidak dan status gizi bagi yang ada di bawah 2 tahun yang ada di wilayah tersebut,” ucapnya.

Selain itu, target  terakhir angka stunting di tahun 2024 yang dibawah 5 persen yang menjadi penggerak  perangkat daerah yang terkait baik dari segi sanitasi, pemberdayaan keluarga Dinas DPMD,  segi ketahanan pangan, dan kerawanan pangan dari pendidikan usia dini. (030)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.