Film ‘Pulau Plastik’ Bangun Kesadaran Bahaya Sampah Plastik

Konferensi pers road to film 'Pulau Plastik' bergerak menuju masa depan di Kebun Vintage Cars, Denpasar, Minggu (18/4/2021).

DENPASAR | patrolipost.com – Sebuah film dokumenter dipersembahkan oleh sineas muda tentang bahaya sampah plastik. Film tersebut sarat dengan edukasi dan kampanye menjaga lingkungan dari pencemaran sampah anorganik itu.

Produser Lakota Moira menuturkan, film ini berawal dari Bali. Idenya sederhana yaitu, pencemaran sampah plastik di Bali.

“Banyak masalah plastik hanya terekspos saja, tapi tidak ada solusi,” kata Lakota di Kebon Vintage Cars, Minggu (18/4/2021).

Produser Eksekutif Ewa Wojkowska menuturkan, film dokumenter ini menjangkau masyarakat lebih luas dalam upaya membangun kesadaran komunitas tentang bahaya sampah plastik.

“Film ini merupakan kampanye darurat sampah plastik,” ujarnya.

VP Marketing dan Promotion, Chyntia Kartika Sari menambahkan, film ini tidak tayang serentak. Tayang perdana di Bali di XXI mulai 22 April dan disusul di kota-kota besar di Indonesia.

“Film ini memberikan solusi dan edukasi tentang bahaya sampah plastik. Jadi nonton saja sudah ikut aksi,” katanya.

Ko-Produser, Ari Dananjaya menuturkan, film dokumenter ini merupakan tindaklanjut dari empat serial yang sebelumnya telah diluncurkan. Dengan mengambil momen Galungan dan Bulan Ramadhan, maka solusi penanganan plastik tidak hanya satu pihak.

“Ini skema besar yang harus digelorakan. Untuk itu perlu kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk juga pemerintah,” ujarnya.

Sementara, aktifis lingkungan Tiza Mafira menuturkan, dirinya telah delapan tahun terlibat dalam kampanye pencegahan penggunaan plastik sekali pakai. Desakan itu menghasilkan regulasi kampanye plastik sekali pakai.

“Akhirnya 40 kota sudah ada regulasi, termasuk juga Bali. Masyarakat sudah muak dengan adanya plastik sekali pakai,” kata Tiza.

Melalui film ini, lanjut dia, menunjukkan pentingnya kenapa gerakan anti plastik sekali pakai ini penting dilakukan.

Gede Robi musisi yang juga aktifis lingkungan menuturkan, isu plastik ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Ia mengatakan, dari seluruh sampah plastik yang diproduksi, hanya 9 persen yang didapat didaur ulang.

“Plastik itu ekonomis murah, tapi pasca pemakaian itu lebih besar,” ujarnya.

Film dokumenter ‘Pulau Plastik’ disutradarai oleh Dhandy Dwi Laksono. Ia merasa terkesan memvisualisasikan pesan yang ingin disampaikan dalam film itu.

“Tidak terlalu sulit dalam mengambil adegan, karena para pemeran sudah organik dan faham betul,” ujarnya. (pp03)

Pos terkait