Dentuman Misterius Guncang Jawa Tengah, BMKG: Bukan dari Gempa

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG
Bunyi dentuman misterius menguncang wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. (ilustrasi/net)

SEMARANG | patrolipost.com – Bunyi dentuman keras misterius kembali terjadi di Pulau Jawa, tepatnya kali ini di wilayah Jawa tengah. Warga di Kota Surakarta dan Kota Semarang melaporkan adanya fenomena bunyi suara dentuman keras pada Senin, 11 Mei 2020 dini hari.

Jagat maya pun kembali heboh dan sempat menjadi trending topik di Twitter tadi pagi sama seperti kejadian sebulan yang lalu di wilayah Jabodetabek usai terjadinya erupsi anak Gunung Krakatau pada 11 April 2020 dini hari.

“Dini hari 00.02, Purwodari krungu (dengar) #dentuman,” twit salah satu netizen dari akun @damarhere. Beberapa warga pun menduga bahwa suara tersebut berasal dari kejadian gempa tektonik.

“Terdengar suara dentuman seperti gunung meletus. Atau bom ya?,” twit akun Udyn Oepewe, seorang warga Solo.

Mengenai dugaan warga soal kejadian gempa tektonik, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengonfirmasi penyebab dentuman keras di beberapa wilayah Jawa Tengah tersebut.

“Perlu kami informasikan bahwa pada Senin, 11 Mei 2020 pukul 00.45 WIB sampai dengan 01.15 WIB yang mana periode waktu ini disebut-sebut oleh warga muncul suara dentuman, setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dari seluruh sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukkan tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah,” ucap Daryono melalui Instagram pribadinya @daryonobmkg.

BMKG memastikan bahwa sumber suara dentuman bukan berasal dari gempa tektonik. Daryono mengungkapkan bahwa suara dentuman tidak dapat dinyatakan berasal dari aktivitas gempa karena jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, artinya kedalaman hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa.

“BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah.

“Sehingga jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tersebut akan terekam, selanjutnya diproses untuk kami tentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya untuk diinformasikan kepada masyarakat,” ucap Daryono.

Bunyi ledakan akibat gempa sangat dangkal lazimnya hanya terjadi sekali saat terjadi patahan batuan dan tidak berulang-ulang, seperti halnya peristiwa gempa dangkal yang mengeluarkan dentuman keras di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014.

Gempa Lereng Merbabu saat itu memiliki magnitudo M 2,7 terjadi pagi hari pukul 06.01.19 WIB. Episenternya terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,48 BT dengan kedalaman 3 km.

Seperti yang dilaporkan warga Desa Sumogawe, gempa yang merusak beberapa rumah ini diikuti suara dentuman keras hingga membuat warga resah, khawatir Gunung Merbabu akan meletus. Ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa. Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan.

Daryono menjelaskan kemungkinan lain terjadinya dentuman adalah adanya asosiasi dengan aktivitas sesar aktif, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan.

Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi. Beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu. Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik.

Sehingga hingga kini, bunyi dentuman tersebut belum dipastikan apa penyebabnya.(305/prc)

Pos terkait