Produksi Kakao Baru Penuhi 55 Persen Kebutuhan Industri

Ketua Umum DPP Askindo, Arie Nauval Iskandar (tengah).

DENPASAR | patrolipost.com – Posisi Indonesia sebagai penghasil kakao nomor 3 di dunia semakin melemah, dan terus melorot menjadi nomor 6 dunia. Saat ini produksi kakao Indonesia hanya mampu memenuhi 55 persen kebutuhan pabrik.

Kerisauan ini disampaikan Ketua Umum DPP Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Arie Nauval Iskandar dalam diskusi menyambut konferensi kakao ke-7 di Kubu Kopi, Rabu (13/11/2019). Diskusi dihadiri oleh beberapa awak media, pengusaha dan petani kakao.

Bacaan Lainnya

Ada beberapa bahasan dalam diskusi tersebut, namun yang paling menonjol soal kondisi perkebunan kakao Indonesia saat ini. Arie menyampaikan bahwa kondisi perkebunan kakao Indonesia saat ini dalam keadaan yang tidak baik.

“Produktifitas biji kakao dari kebun masih terbatas, sehingga impornya naik terus, produktifitas kakao di Indonesia itu turun,” ujarnya.

Pasar kakao di Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar, dimana produksi biji kakao saat ini hanya mencapai 55 persen dari kapasitas terpasang industri. Kondisi ini kemudian menjadi landasan pemikiran dan upaya untuk melakukan review terkait rantai suplai dari kebun ke pabrik dan dari pabrik ke pembeli, baik dalam maupun luar negeri.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi melemahnya kondisi perindustrian kakao di Indonesia. Diantaranya masalah kesuburan tanah, kurangnya lahan, usia petani dan tanaman kakao yang tidak lagi produktif.

“Jadi butuh direvitalisasi lagi kebunnya, butuh pupuk yang tepat, sehingga kemudian produktifitasnya lebih baik, lebih banyak,” imbuhnya.

Diskusi ini digelar menyambut Konferensi Kakao ke-7 dengan tajuk The Future of Cocoa Small-Holders and Industry: Challenges for Resilient Production and a Sustainable Cocoa Industry In a New Era, yang diadakan di Hotel Westin, Nusa Dua. Event yang dihadiri sejumlah praktisi dan pelaku industry kakao dunia ini bertujuan menemukan jalan keluar terkait kondisi perindustrian kakao di Indonesia.

Konferensi yang diselenggarakan selama dua hari dari tanggal 14 November hingga 15 November tersebut dibuka langsung Menteri Pertanian RI dan juga dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar.

Konferensi tersebut juga akan dihadiri oleh pembicara dan peserta perwakilan dari Pemerintah, Perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Dana, Akademisi dan Lembaga-lembaga dari seluruh daerah penghasil kakao di dunia. (cr01)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.