Direktur YMP Kutuk Perilaku Ayah Setubuhi Anak Kandung di Langke Rembong

yayasan
Direktur Yayasan Mariodome Peduli (YMP), Albina Redempta Umen, S. Psi. (ist)

RUTENG | patrolipost.com– Direktur Yayasan Mariodome Peduli (YMP) sayangkan dan mengutuk perilaku ayah menggauli anak kandungnya sendiri di Kecamatan Langke Rembong, Manggarai, NTT. Hal ini tertuang dalam pernyataan resmi YMP yang diterima patrolipost.com, Senin (13/9/2021).

Direktur YMP Albina Redempta Umen SPsi mengatakan, kajian psikologis pada korban kasus ini jika dilihat dari usia korban (14) hampir sama bacaan psikologisnya dengan kejadian di Elar beberapa waktu lalu.

Bacaan Lainnya

“Secara usia korban berada pada fase usia remaja awal (12/13-17 tahun) hingga usia remaja akhir (17-21 tahun) yang mengalami pelecehan seksual. Jika kita mengacu pada psikoanalisis-nya Freud, dapat dijelaskan bahwa kesadaran anak terkait apapun yang dia rasakan akan ditekan ke dalam alam bawah sadarnya dan kemudian akan muncul sebagai penyimpangan perilaku,” jelas Albina.

Lebih lanjut, Albina sampaikan beberapa kemungkinan lain yang terjadi pada anak korban pelecehan atau kekerasan/ termasuk kekerasan seksual diantaranya: akan menjadi reviktimisasi (korban berulang), residivis (korban yang akan menjadi pelaku), juga beberapa dampak lain pada tanggapan kasus tersebut. Jika di Elar pelakunya adalah orang yang tidak sekandung, pada kasus ini orang sekandung, bahkan Ayah kandung dari korbanlah yang menjadi pelakunya.

“Kami turut prihatin dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh korban. Remaja yang sedang berada pada tahap pengembangan identitas seharusnya pondasi utamanya adalah orangtua, justru faktanya terbalik. Idealnya peran ayah yang seharusnya dalam usia 14 tahun itu sangat diperlukan oleh seorang anak sebagai pegangan dalam menuntun anak menuju dunia luar, sebagai tempat anak mengembangkan kepercayaan terhadap teman (lawan jenis) justru menjadi rusak dengan gambaran buruk yang telah dilakukan oleh ayahnya tentang seorang laki-laki,” kata Albina

Di usia ini anak berkembang dengan pemahaman diri (self- Understanding), dimana anak mulai membentuk identitas dirinya, siapa saya (who am i?) Jawaban ini akan dibentuk oleh pengalaman anak di lingkungan tempat anak itu dibesarkan dan berkembang, mulai dari rumah (orangtua, saudara kandung dan keluarga besar), sekolah (guru, teman dan sahabat), serta lingkungan sosial.

“Lingkungan positif akan menghasilkan anak dengan kepribadian positif. Artinya anak memiliki penghargaan atas dirinya, memiliki kepercayaan diri, memiliki konsep diri yang positif dan tentunya akan berpengaruh juga kepada prestasi, akademik yang positif, begitupun sebaliknya jika anak dibesarkan dalam lingkungan negatif anak akan menjadi pribadi yang berlawanan dengan ciri pribadi positif di atas,” imbuhnya.

Albina menambahkan, orangtua adalah orang pertama yang akan memberikan semua pemahaman dalam diri anak. Seperti apa anak diberikan pemahaman seperti itulah anak menggambarkan dirinya. Dalam semua kasus pemerkosaan, kekerasan seksual dampak utamanya pasti merusak masa depan anak. Perlakuan keji ayahnya sudah merusak pemahaman korban sebagai manusia, anak dan perempuan yang kemudian merusak kehidupan dan dunia anak. Identitas anak menjadi buruk, anak akan menjadi orang yang krisis akan kepercayaan diri dan apabila anak telah mengalami ini, aspek psikologis, sosial dan emosionalnya terganggu, banyak remaja mengalami ini dan dampak lain dari krisis kepercayaan diri dapat berdampak depresi, anoreksia (gangguan makan), kenakalan remaja, penarikan diri dari sosial, bahkan sampai bunuh diri.

“Imbauan yang bisa kami sampaikan kepada kita semua khususnya keluarga dekat korban untuk memahami dan menoleransi semua perilaku menyimpang yang mungkin akan muncul seperti mengurung diri, menarik diri dari kehidupan sosial, menangis secara tiba-tiba, atau kerasukan medis. lika ini terjadi pastikan orang di sekelilingnya dapat memberikan kenyamanan kepada korban dan selalu mendampinginya,” pungkasnya. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.