Nuansa Surf-rock Berbeda di Album Kedua The Panturas

1631183489527
Band asal Jabar, The Panturas.

DENPASAR | patrolipost.com – Band bergenre musik surf-rock asal Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia, The Panturas, akhirnya semakin mendekati tanggal perilisan album kedua mereka pada 10 September 2021 nanti. The Panturas terbentuk dari tahun 2015 silam dan dinahkodai oleh 4 orang personel yakni, Abyan Zaki (vokalis & gitaris), Rizal Taufik (gitaris), Surya Fikri (drummer), dan Bagus Patria (bassist).
Menjadi salah satu band dengan genre musik yang belum banyak ada di Indonesia bahkan bisa dibilang sebagai sebuah aliran yang terkesan ‘jadul’ membuat The Panturas jadi punya warna dan keunikannya sendiri di mata para penggemar setianya. Album dengan judul OMBAK BANYU ASMARA tersebut telah disiarkan oleh para personel band ini semenjak perilisan single pertama yang berjudul Balada Semburan Naga pada 2020 lalu.
Sebuah persiapan yang matang dan tidak asal-asalan, mulai dari perilisan dua single pertama hingga proses promosi pun nampaknya miliki filosofinya masing-masing. Single kedua dari album ini telah rilis pada 12 Maret 2021 lalu dan berjudul Tafsir Mistik. Dari dua lagu tersebut saja kita bisa lihat betapa banyak views yang The Panturas dapat di mana hal ini menunjukan ada sebuah semangat yang membara dari para penggemar.
Dengan genre surf-rock musik-musik yang dibawakan oleh The Panturas selalu bernuansa laut-laut Indonesia. Dalam setiap konsernya pun para penggemar selalu mengekspresikan diri mereka dengan menari-nari dan menikmati musik. Bukan hal yang aneh lagi jika kamu bisa lihat para penggemar begitu semangat menari pogo dan ber-stage diving ria yang sepertinya sudah jadi hal lumrah yang kian ramaikan setiap aksi panggung The Panturas ini.
Di perilisan album kedua mereka ini, nampaknya The Panturas hendak membawakan beberapa jenis musik yang berbeda dengan lagu-lagu mereka sebelumnya. Dari Balada Semburan Naga yang kental dengan alunan musik oriental dan lagu kedua Tafsir Mistik yang punya ciri khas bak lagu melayu dengan sentuhan akordion ini membawa kesan baru bagi The Panturas.

“Kita pinginnya lebih kalem joget cuma tetep asyik penontonnya gitu, tetep nikmatin musik dengan materi yang ada dalam album ini…” ucap Bagus Gogon dalam obrolan The Panturas bersama Rio Tantomo di kanal YouTube The Panturas.
Hal ini menunjukan bahwa terjadi sebuah perkembangan dari The Panturas ini tanpa menghilangkan esensi dari surf-rock itu sendiri.

Sebagai penggemar, kalian pasti tahu dengan ciri khas logo tulisan The Panturas bukan? Dengan ikut meramaikan perilisan album kedua ini, logo tersebut pun juga di upgrade menjadi lebih orisinil. Logo ini digarap oleh Ilham Herry dan Gilang Purnama dari Ephemera Fonts.
Selain menyiarkan kabar logo tersebut, The Panturas juga merilis video teaser dengan total 10 lagu yang akan mereka bawakan dalam album OMBAK BANYU ASMARA ini. Adapun lagu kolaborasi yang akan mereka tampilkan bersama Adipati dari ‘The Kuda’, dan ada juga yang bersama Nesia Ardi. Setiap lagu sepertinya punya gambaran masing-masing daerah yang ada di nusantara.
Beda dengan grup band lainnya, The Panturas cukup unik dan berbeda lho dari promosi-promosi lagu lainnya. Tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan berkolaborasi dengan seniman pelaku street art, Arnis Muhammad dalam proyek terbaru mereka ini. Wah sampai kolaborasi dengan seniman ternama? Sudah ada bayangan belum nih bentuk promosinya bagaimana?

Yup! Gambar mural! Itulah cara unik The Panturas untuk publikasikan OMBAK BANYU ASMARA. Waduh memang tidak takut dicat putihkan nih? Ternyata mural mereka ini bukan mural sembarang mural. Tidak hanya ada di satu titik, bahkan banyak titik di berbagai lokasi di Indonesia.
Bahkan ada sebutan khususnya juga untuk lokasi yang akan mereka singgahi, teritori Los Panturas namanya, dan titik-titiknya disebut sebagai distrik, unik banget. Ada di Distrik Istimewa Ngayogyakarta atau Yogyakarta, Celebes, Bali dan Distrik Djayakarta atau Jakarta.(ytb/kpl)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.