“Staycation” Momentum  Keberlangsungan Pariwisata Bali di Tengah Pandemi Covid-19

Salah satu objek wisata di Bali, Air terjun di Desa Suwat, Gianyar.

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR – Optimisme dalam membangun kembali pariwisata Bali yang terpuruk akibat Covid-19 secara bertahap mulai dilakukan. Orientasi pembangunan pariwisata Bali diharapkan tidak lagi berkiblat pada kunjungan wisatawan asing, namun menggarap pasar domestik bisa jadi alternatif melalui program “Staycation”. Konsep liburan di dalam kota disebut dengan staycation. Disingkat dari kata ‘stay’ (tetap) dan’vacation’ (liburan) itulah asal ungkapan staycation.

Tantangan, kesempatan dan prospek industri pariwisata pada masa dan paska pandemi Covid-19, kedepannya bisa dikatakan tidak lagi berorientasi pada wisatawan mancanegara, atau mungkin saja masih, tapi menggarap pasar domestik akan bisa jadi prioritas. Perlu juga kiranya diketahui sejauh mana pariwisata Bali bisa bertahan, serta potensi apa yang bisa digarap kedepannya.

Masyarakat sekarang  cenderung melakukan kunjungan wisata di daerahnya sendiri dengan mengunjungi obyek-obyek wisata yang ada. “Staycation” tak lain upaya menggarap potensi pasar domestik, musababnya dengan adanya pandemi Covid-19 serta adanya aturan protokol kesehatan yang begitu ketat, masyarakat cenderung untuk melakukan perjalan di daerahnya sendiri dengan mengunjungi obyek wisata yang ada.

Ada penelitian, awalnya staycation hanya dalam radius delapan puluh kilometer, tapi itu sebetulnya tidak bisa dijadikan patokan, mungkin bisa lebih dari jarak itu sejak adanya pandemi Covid-19.

Seperti diketahui sebelum pandemi Covid-19 mewabah merupakan tahun keemasan pariwisata Bali, namun begitu Covid-19 melanda, industri langsung terpuruk. Jadi selama masa pandemi yang perlu dilakukan pembenahan dalam menuju perbaikan kinerja kedepannya.

Banyak tantangan kedepannya yang harus dipecahkan bersama seperti terjadinya perubahan di Biro Perjalanan Wisata (BPW), perubahan pasar pariwisata, market place, digitalisasi, isu lingkungan serta masih banyak lagi. Untuk itulah BPW selaku garda terdepan, tidak bisa berjalan sendiri menghadapi tantangan kedepan, tapi harus bersinergi dengan stakeholder lainnya jika ingin meraup peluang yang ada.

Promosi pariwisata tidak lagi hanya memperkenalkan objek-objek pariwisata, tetapi harus juga dibarengi dengan promosi protokol kesehatan (Prokes) serta kelayakan objek tersebut dengan diterapkannya CHSE sebagai jaminan bagi para wisatawan.

Staycation konsep liburan dengan menjadikan diri kita turis di kota sendiri.  Salah satu keuntungan dari staycation adalah penghematan bujet wisata, karena tak memerlukan tiket pesawat atau sewa kendaraan. Keuntungan lainya, staycation lebih hemat waktu dibanding liburan jarak panjang yang memerlukan proses berkemas, proses ke bandara, serta perubahan cuaca atau zona waktu yang membuat tubuh mudah lelah.

Ragam kegiatan  dapat dilakukan selama staycation antara lain bersepeda keliling kota, piknik di taman, mengunjungi museum, menikmati festival dan event, rekreasi di taman bermain, pergi ke pantai di sekitar kota, sampai menginap di hotel atau vila. Pilihan aktivitas di hotel atau vila dapat berupa pesta di kolam renang, maraton film, memesan makanan dari luar, bermain board games (permainan manual), atau pesta kostum.

Pandemi Covid-19 telah merubah  perilaku masyarakat, khususnya di Bali. Staycation dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang ingin menghilangkan penat tetapi hanya waktu singkat atau bujet yang tipis di tengah pandemi Covid-19. (wie)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.