GMKI Denpasar Gelar Diskusi dan Bedah Buku “Roman Kelam Perempuan di Titik Nol”

Diskusi dan bedah buku karya Nawal El-Saadawi berjudul Perempuan di Titik Nol di Studen Centre GMKI Cabang Denpasar. (yani)

DENPASAR | patrolipost.com – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Denpasar menggelar diskusi dan bedah buku yang diselenggarakan di Studen Centre GMKI Cabang Denpasar, Jumat (18/6/ 2021). Diskusi yang dihadiri puluhan peserta ini, mengusung tema “Roman Kelam Perempuan di Titik Nol” dengan membedah buku karya Nawal El-Saadawi berjudul Perempuan di Titik Nol.

Kegiatan yang dimoderatori Kevin Ninggeding sebagai Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan menghadirkan 3 pembicara yakni Sekretaris Jenderal PMKRI Cabang Denpasar, Dolorosa Ivoni Riada, Formatur Kohati HMI Cabang Denpasar, Fitri Nurhidayatul Ulla dan Sekfung Pengkaderan GMKI Cabang Denpasar, Viona Rambu D Tunggu Mbili

Bacaan Lainnya

Sekfung Pengkaderan GMKI Cabang Denpasar, Viona Rambu D Tunggu Mbili memaparkan, Firdaus yang merupakan potret perempuan yang harga dirinya diinjak-injak, juga merupakan korban budaya patriaki ini mempunyai pelajaran tersendiri. Tentunya dapat dikorelasikan dengan kehidupan di zaman saat ini bahwa perempuan bukan sekadar pemuas nafsu belaka. Utamanya, tempat perempuan bukan hanya di rumah dan urusan dapur, namun perempuan bisa berkarir bahkan menjadi pemimpin. Tidak hanya itu, perempuan diharapkan untuk lebih bijak menempatkan diri dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

“Hari ini perempuan harus mampu bangkit dan terus mengembangkan potensi diri agar peran pemuda dalam pembangunan di negeri ini semakin besar, serta tugas kita sebagai kaum terpelajar harus mampu memberikan edukasi bagi masyarakat tentang kesetaraan gender,” ujar Ambu.

Hal senada disampaikan Formatur Kohati HMI Cabang Denpasar, Fitri Nurhidayatul Ulla bahwa dalam memberikan edukasi akan kesetaraan gender, masyarakat juga perlu diberikan pemahaman dan pendidikan seksual. Terutama dengan lebih memahami pentingnya seksualitas sebagai bagian dari kesehatan tubuh, bukan sekadar hubungan antara pria dan wanita untuk mendapatkan kesenangan semata. Perempuan juga bukan sebuah objek yang dapat ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang.

Fitri juga mengungkapkan, diskusi seputar hal-hal yang bersifat seksual untuk saat ini merupakan sangat penting diberikan sejak dini. Mengingat saat ini banyak kasus pelecehan seksual yang dialami anak di bawah umur.

“Namun tentunya kita harus memakai metode dan bahasa yang cocok dan sesuai untuk memberikan pemahaman terhadap anak-anak,” jelasnya.

Sementara Sekretaris Jenderal PMKRI Cabang Denpasar, Dolorosa Ivoni Riada menilai bahwa tokoh utama yang bernama Firdaus dari buku Perempuan di Titik Nol ini merupakan representasi dari kegelisahan, kegundahan serta persoalan perempuan. Dimana sampai saat ini masih terjadi di beberapa daerah dan tidak menutup kemungkinan terjadi di lingkungan sekitar.

Dia juga menuturkan, mungkin masih banyak korban yang tidak berani bicara menyampaikan keluh kesahnya sebagai perempuan, karena adanya diskriminasi sosial.

“Sangat penting gerakan literasi atau edukasi bagi masyarakat terkhusus bagi perempuan agar kita sama-sama memperjuangkan dan memastikan hak-hak perempuan terpenuhi,” tambahnya.

Melalui diskusi yang digelar ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengasah nalar kritis para kader, terutama mengasah kepekaan mahasiswa agar lebih semangat lagi dalam menumbuhkan budaya litersi. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.