Korban Banjir dan Longsor di Alor 29 Tewas, 12 Hilang

Kondisi rumah penduduk di Kabupaten Alor setelah dihantam banjir bandang. (ist)

ALOR | patrolipost.com – Bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor dampak badai siklon tropis seroja juga melanda Kabupaten Alor, NTT. Hingga Sabtu (10/4) pagi, tercatat ada 29 orang korban meninggal dunia dan 12 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Bupati Alor, Amon Djobo menyebutkan secara keseluruhan ada 41 orang hilang pasca bencana alam tersebut. “sebanyak 29 orang sudah ditemukan meninggal dunia dan 12 orang lainnya masih hilang,” jelasnya.

Bacaan Lainnya

Ke-12 orang warga yang masih hilang tersebut ada di Pulau Pantar, 11 orang dan satu orang di Desa Lipang, Kecamatan Alor Timur Laut. Bupati menyebutkan, proses pencarian masih terus dilakukan oleh aparat TNI dan Polri. Namun terkendala akses masuk lokasi yang terisolasi.

“Proses pencarian terkendala akses masuk akibat jalan dan jembatan putus,” kata Amon Djobo, dikutip dari merdeka.com.

Selain infrastruktur, jaringan listrik juga terputus akibatnya, belum ada bantuan yang bisa masuk dan terdistribusi ke wilayah tersebut. “Belum ada bantuan ke sana karena kita kesulitan akses, sehingga menyulitkan proses pencarian,” ungkap Amon Djobo.

Menurutnya, pemerintah daerah Kabupaten Alor memberikan uang duka bagi keluarga korban meninggal. Pemerintah juga menanggung kebutuhan peti jenazah bagi 29 korban meningggal dunia. Seluruh korban meninggal sudah dimakamkan setelah dilakukan identifikasi.

“Korban meninggal diberikan uang duka dan ditanggung peti jenazahnya,” tambah Amon Djobo.

Sebelumnya, tiga dokter bedah didatangkan dari Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat ke Kabupaten Alor, guna melakukan identifikasi dan tindakan DVI untuk mengungkap identitas korban yang ditemukan. Ketiga dokter ini menumpang pesawat Polisi CN 295 dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur yang sedang mengangkut bantuan kemanusiaan, Kamis (8/4).

Kapolres Alor AKBP Agustinus Christmas mengaku, saat ini warga yang berdampak bencana alam memilih pindah ke rumah kerabat yang lebih aman.

“Jumlah pengungsi masih didata karena tidak ada kamp pengungsian. Warga tersebar mengungsi di rumah keluarga yang dekat guna menghindari kerumunan dan menghindari virus Covid-19,” Kata Kapolres Alor.

Dalam bencana alam ini, wilayah paling parah adalah Kecamatan Alor Timur Laut, Desa Mainang Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara. Selain itu Kecamatan Alor Timur, Pantar Tengah, Pantar dan Pantar Timur.

Kapolres menjelaskan jalur dari Kecamatan Alor Timur Laut ke Alor Tengah Utara terputus, sehingga menyulitkan evakuasi korban dan warga ke Desa Taramana. Pihaknya bersama pemerintah daerah sedang mengupayakan jalur alternatif untuk menembus lokasi yang sulit dilalui. Upaya ini dilakukan guna proses evakuasi dan menyalurkan bantuan bagi korban berdampak bencana alam. (mdc/807)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.