Studi Banding ke 4 Kota di Jawa, Petani Kopi Manggarai Raya Siap Kembangkan Wisata Kopi

Para Petani Kopi saat berdiskusi di Kedai Kopi Mane sebelum melakukan studi banding ke Pulau Jawa, Sabtu (20/3/2021) lalu.

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Puluhan petani kopi asal Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur melakukan kegiatan studi banding (Benchmarking) ke beberapa daerah di Pulau Jawa. Sebanyak 23 petani kopi yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Jahe Manggarai (Apekam) dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai ini akan mengunjungi empat kota di Pulau Jawa yakni Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember dari tanggal 21 – 27 Maret 2021.

Salah seorang anggota Apekam, Romo Tarsisius Syukur menyampaikan, kunjungan ke Pulau Jawa ini merupakan kegiatan studi banding (benchmarking) dalam meningkatan kualitas SDM para petani kopi, khususnya dalam bidang pengolahan dan budidaya kopi serta strategi pemasaran hasil olahan kopi.

Bacaan Lainnya

“Kami ini merupakan gabungan dari berbagai organisasi petani kopi dan jahe yang ada di Manggarai Raya. Kami diundang oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) untuk melaksanakan studi banding di beberapa tempat di Jawa,” ujar Romo Tarsisius, saat ditemui di Kedai Kopi Mane di Labuan Bajo, Sabtu (20/3) lalu.

Romo Tarsisius menjelaskan kegiatan studi banding yang akan dilaksanakan selama satu minggu ini nantinya akan digunakan untuk mengunjungi beberapa kota yang telah memiliki sistem pengolahan dan budidaya tanaman kopi yang sangat baik.

“Kami studi banding di beberapa kota dengan harapan mendapatkan ilmu konstruktif, dapat pengalaman baru yang menjadi sumber inspirasi bagi kami nanti agar dapat memberdayakan masyarakat petani dan mampu mengolah lahan potensial yang ada. Dalam kunjungan ini akan ada seminar tentang teknik budaya kopi, bagaimana mengolah kopi dari hulu ke hilir hingga bagaimana kami mendesign agrowisata kopi itu sebagai tujuan wisata ke depannya dan juga termasuk wisata budaya juga,” ujar Romo Tarsisius.

Kunjungan ini oleh Romo Tarsisius yang juga merupakan Pastor Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Rejeng – Ketang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, NTT ini akan dimanfaatkan sebaik baiknya sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para petani kopi. Dengan demikian diharapkan mampu menghasilkan tanaman kopi yang berkualitas dan bernilai jual tinggi serta memiliki pengetahuan akan strategi pemasaran yang selama ini masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi para petani Kopi.

Keberadaan rentenir yang membeli kopi para petani dengan harga yang murah juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi. Kondisi ekonomi yang lemah pun pun membuat para petani tidak memiliki opsi lain selain menjual kopi kepada para rentenir.

“Kondisi nyata petani kopi selama ini bahwa para petani mengalami besar pasak daripada tiang, pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Harga dikendalikan oleh cukong/rentenir. Hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan pengorbanan mereka. Para petani memahami tugas dan panggilan mereka, mereka sudah berjuang memanfaatkan lahan – lahan potensial yang ada, namun yang menjadi soal itu juga adalah pemasaran,” ujar Romo Tarsisius.

Adapun tujuan Apekam ini menurut Romo Tarsisius yakni untuk mengangkat harkat dan martabat para petani kopi yang selama ini menjadi korban dari para rentenir. Kehadiran Apekam uga untuk membela serta mewujudkan hak – hak para petani kopi yang terabaikan serta jarang diperhatikan. Selain Itu, kunjungan ini juga akan dimanfaatkan untuk mempelajari cara mendesign agrowisata kopi yang Juga menjadi cita-cita para petani kopi.

“Program besar kami ke depannya ingin mendesign agrowisata, agrowisata kopi. Kopi harus didesign dalam konsep kepariwisataan. Berbicara tentang wisata premium, tujuan wisata bukan hanya Labuan Bajo dengan wisata baharinya, tapi agrowisata juga bisa menjadi tujuan wisata,” jelas Romo Tarsisius.

Lebih jauh lagi, dalam mengembangkan konsep wisata kopi nantinya, Apekam akan menjalin kerjasama dengan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores sebagai Lembaga Negara yang bertugas mempercepat Pengembangan Pariwisata di wilayah Pulau Flores. Rencana Pengembangan Konsep Agrowisata Kopi pun diakuinya telah dipaparkan ke BPOLBF.

“Hal ini (agrowisata) juga sudah kami presentasikan kepada Badan Pelaksana Otorita. Dan ketika kami mempresentasikan ini ke mereka, membuat Badan Pelaksana Otorita merasa terpanggil untuk  mengambil bagian dalam studi banding ini. Untuk ini kami tentu harus berterimakasih kepada Pemerintah melalui Badan Pelaksana Otorita yang memberikan perhatian serius kepada kami setidaknya pengalaman studi banding ini memberikan spirit baru dan menginspirasi kami untuk lebih semangat dalam mengelola tanaman kopi dan jahe serta program unggulan kami yakni Agrowisata Kopi nantinya,” pintanya.

“Praktisnya selama ini kami selalu membangun kerjasama, BPOLBF juga proaktif mengunjungi asosiasi ini, mereka siap bermitra, memberikan inspirasi, sprit dan semangat serta mengedukasi kami. Lalu tentang berbagai program dari berbagai asosisasi mereka memberikan respon yang baik dan mendukung seratus persen terhadap seluruh program kami khususnya bagaimana mewujudkan agrowisata itu bahkan untuk kepentingan pengembangan investasi mereka siap untuk memback up.” Sambungnya.

Romo Tarsi mengakui hingga saat ini Apekam sudah bekerjasama dengan buyer dari luar negeri, pada 2020 Apekam telah mengirimkan kopi 20 ton kopi ke Australia dan beberapa negara lainnya, tahun ini Apekam bahkan sudah bekerjasama dengan Ibu Julie Laiskodat dan dalam waktu dekat akan menandatangani MoU terkait kesanggupan Apekam untuk memenuhi permintaan kopi 100 ton dalam setahun. Termasuk juga dengan jahe yang tentu dengan harga yang menjanjikan. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.