Di Saat Pandemi, Petambak Buleleng Ekspor 70 Juta Bibit Bandeng ke Filipina

Proses pengepakan bibit bandeng (nener) yang akan diekspor ke Filipina menggunakan pesawat charter dengan biaya sewa sebesar Rp 1,2 miliar. Pemilik CV Putra Bahari Milk Fish Bali Hengky Putro Raharjo. (inzet)

SINGARAJA | patrolipost.com – Saat dunia pariwisata berada pada titik nadir, perekonomian Bali ikut anjlok  minus 12 persen, peluang ekspor bibit bandeng ke Filipina justru semakin terbuka.Pengusaha budidaya perikanan darat di Kecamatan Gerokgak Buleleng, Bali rutin mengekspor bibit bandeng ke Filipina menggunakan pesawat charter Rp 1,2 miliar sekali jalan.

Saat sektor pariwisata tengah redup dimana banyak pekerja industri pariwisata di PHK atau rumahkan, justru pada sektor budidaya tambak nener tak ada satu pun pekerjanya dirumahkan. Padahal, sektor itu juga dihantam dampak Covid-19 akibat menurunnya transaksi ekonomi nasional dan dunia.

Selain permintaan pasar menurun, harga satu ekor nener jauh dibawah standar yakni antara Rp 3-4 rupiah perbenih di tingkat petambak. Namun berkat kegigihan petambak nener yang merupakan produksi asli Buleleng, sektor itu dapat bertahan hingga terbuka peluang pasar ekspor terutama ke Filipina.

“Kami awalnya juga mengalami situasi sulit, namun dengan kegigihan dan ketelatenan kami masih bisa bertahan kendati angka kerugian semakin besar. Kami bertahan untuk tidak merumahkan karyawan karena juga berhitung soal ketahanan ekonomi keluarga,” kata    pengusaha tambak terbesar di Kecamatan Gerokgak, Hengky Putro Raharjo, Rabu (17/3/2021).

Sebenarnya, kata Hengky, harga normal menyesuaikan dengan standar produksi dan operasional berada pada kisaran diatas Rp 10 rupiah perbenih. Namun harga tersebut tidak bisa terangkat karena belum tersedianya regulasi untuk menertibkan harga di tingkat petambak. Akibatnya, banyak pengusaha yang gulung tikar karena tak mampu bertahan akibat tingginya biaya operasional.

Menurut Hengky, berkat kegigihan bertahan pada sektor yang telah cukup lama digeluti itu, pemilik CV Putra Bahari Milk Fish Bali  ini mengaku kondisi sekarang sedikit mulai berubah saat terbuka peluang pasar ekspor ke Filipina. Bersama pengusaha di budidaya yang sama, Hengky mengaku mampu mengekspor benih bandeng ke Filipina dalam jumlah signifikan saat musim pandemi ini. Dan kondisi itu mampu menggairahkan ekonomi masyarakat yang banyak bekerja di sektor tersebut.

“Dalam sekali pengiriman sebanyak 40 juta hingga 70 juta bibit bandeng atau 700 hingga 1.200 koli kami kirim ke Filipina karena perimintaan dari negara itu sedang meningkat. Dan itu, dua kali dalam seminggu kami lakukan pengiriman,” ungkapnya.

Hengky menyebut, ekpsor ke Filipina menggunakan pesawat yang di-charter bersama pengusaha lain untuk menekan biaya operasional. Sekali melakukan pengiriman, biaya charter pesawat hingga Rp 1,2 miliar sekali pengiriman yang dilakukan oleh buyer. Dari hasil itu sektor budidaya nener tengah menggeliat, terlebih harga perbenihnya sudah berada di kisaran Rp 40-45 rupiah.

“Di Filipina sendiri saat ini musim tebar benih sehingga boleh disebut saat ini petambak sedang high season. Kondisi ini kami estimasi akan berlangsung hingga akhir Juni 2021 nanti,” imbuhnya.

Mestinya, kata Hengky, sektor budidaya bandeng Buleleng yang merupakan produksi monopoli dunia, market dalam negeri dibuka karena selain memiliki nilai ekonomis, nutrisi dan gizi yang terkandung dalam bandeng melebihi ikan Salmon.

”Tapi apapun itu kami bersyukur bisa bertahan dan bisa membantu menghidupkan perekonomian masyarakat saat terpuruk akibat pandemi Covid-19,” ujarnya.

Sementara itu, Camat Gerokgak Made Juartawan mengaku sebagian besar warga masyarakat di Kecamatan Gerokgak terutama yang bekerja di sektor budidaya tambak dapat bertahan secara ekonomi. Camat Juartawan mengatakan, wilayah Kecamatan Gerokgak memiliki kawasan budidaya tambak yang terbentang di kawasan pesisir sehingga sebagian besar warganya bekerja di sektor itu.

“Terbukti memang warga terbantu secara ekonomi dari sektor budi daya perikanan darat ini,” kata Juartawan.

Dari 14 desa di Kecamatan Gerokgak, desa-desa yang memiliki usaha budidaya kelautan angka penerima bantuan langsung tunai dana desa (BLT-DD) jauh lebih kecil dibandingkan dengan desa lain yang tidak ada usaha budidaya tambak. Menurutnya, karena rata-rata warga mendapat penghasilan dari bekerja sebagai buruh maupun petambak skala rumahan.

“Memang sektor budi daya perikanan darat sangat membantu ekonomi masyarakat untuk bisa bertahan disaat pandemi Covid-19 ini,” tandas Juartawan. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.