Lamaholot Bali Bantu 2 Ton Beras dan 300 Lembar Seng Korban Erupsi Ile Lewolotok

Atas bantuan seng dari Lamalohot Bali atap rumah warga korban erupsi Ile Lewolotok diperbaiki.

DENPASAR | patrolipost.com – Ikatan Keluarga Lamaholot (IKL) Bali, paguyuban perantau asal Kabupaten Flores Timur di Bali membantu para korban erupsi Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bantuan berupa dua ton beras di 17 desa dan 300 lembar seng di 3 desa. Bantuan itu belum termasuk pakaian bekas layak pakai dan makanan instan.

Untuk penyaluran beras sebanyak dua ton di 17 desa, yaitu Muruona, Ebak, Napasabuk, Waimatan, Lamagute, Ata Watung, Tanjung Batu, Waowala, Tokojaeng, Lamau, Bao Pukang, Watu Diri, Mawa, Laran Wutun, Petun Tawa, Kolon Tobo dan Todanara Waiwaru didistribusikan oleh relawan “alumni” Lamaholot Bali sebanyak 10 orang yang dikomandoi Oby Langotukan yang diback-up Yono setelah mendapat SK dari IKL Bali. Bantuan telah selesai didistribusikan pada akhir Januari lalu.

“Untuk paket beras ini, sasaran utamanya adalah keluarga janda, jompo dan orang sakit. Seperti di Desa Lamagute, ada warga yang sudah sembilan bulan sakit akibat jatuh,” ungkap Oby Langotukan yang dikonfirmasi Bali Tribune dari Denpasar, Minggu (21/2/2021).

Sementara 300 lembar seng untuk perbaikan 5 atap rumah warga yang rusak akibat erupsi ada di tiga Desa, yaitu Lewotolok, Bunga Muda dan Lamawara. Para relawan alumni Lamaholot Bali ini tidak hanya sekadar menyalurkan seng, tetapi bersama – sama dengan pemilik rumah dan warga setempat bahu – membahu memperbaiki atap rumah yang rusak itu.

“Untuk perbaikan atap rumah, kami berkoordinasi dengan Kepala Desa setempat dan melakukan survei kategori atap rumah rusak parah yang tidak layak huni. Apalagi musim hujan ini, ada yang mengungsi ke kebun mereka karena atap rumah bocor akibat hujan kerikil erupsi Ile Lewotolok,” terangnya.

Oby Langotukan mewakili tim relawan di Lembata juga menyampaikan terimakasih atas pengorbanan dan kepedulian Lamaholot Bali terhadap para korban erupsi Ile Lewotolok guna meringankan beban mereka.

“Uang bukan menjadi ukuran. Kami bekerja dengan hati dan dengan banyak hal di lapangan ada yang meneteskan air mata. Bahkan di media sosial pun mereka mengirim pesan berkali-kali ucapkan terimakasih untuk Keluarga Besar Lamaholot Bali,” katanya.

Ketua Ikatan Keluarga Lamaholot Bali, Yosep Boleng mengatakan, bantuan beras dan seng dari Lamaholot Bali ini merupakan hasil dari penggalangan dana dari warga Lamaholot  Bali, seperti acara malam Tali Kasih untuk para penyintas Gunung Lewotolok, “ngamen” muda – mudi Lamaholot Bali di beberapa titik lampu merah di Kota Denpasar, serta para donator, baik di dalam Lamaholot Bali sendiri maupun dari unit – unit yang tergabung di bawah Flobamora Bali dan di luar Flobamora Bali yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

“Atas nama Lamaholot Bali kami hanya bisa mengucapkan limpah terimakasih kepada semua pihak atas semua dukungan spirit maupun materil serta segala pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran untuk ikut terlibat aktif dalam semua aksi penggalangan dana untuk para korban erupsi Ile Lewotolok. Semua kebaikan dan ketulusan dari semua para donatur, kiranya mendapat berkat yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar – besarnya apa bila dalam segala kegiatan sejak awal hingga saat ini ada hal yang kurang berkenan, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf,” ungkapnya.

Ucapan terimakasih juga disampaikan Ketua Persatuan Masyarakat Lembata (Permata) di Bali, Nikolaus Sina Ruing. “Kami warga Lembata sangat berterimakasih kepada semua warga NTT di Bali maupun yang bukan NTT yang sudah dengan caranya masing – masing,  walaupun dalam situasi Covid – 19 namun masih mau berbuat untuk saudara – saudara kami di Lembata. Hanya Tuhan yang bisa membalas semuanya, amin,” katanya.

Ketua Flobamora Bali, Yosep Yulius “Yusdi” Diaz mengapresiasi penggalangan dana dengan cara yang bermartabat yang dilakukan oleh Keluarga Besar Lamaholot Bali. Melibatkan unit unit IKL dan dalam penyalurannya dibantu oleh basudara alumni Lamaholot Bali di Lembata. “Sinergi yang mengoptimalkan dana terkumpul untuk para penyintas. Mengurangi pemborosan ongkos kirim dan tiket untuk pengurus pergi dari Bali ke Lembata. Kerja sosial bukan untuk panjat sosial,” ujarnya. (007)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.