Bangkitkan Pertanian, GMNI FM: Membela Wong Cilik Jangan Sebatas Jargon

Anggota Komunitas 05.30, Urip Sanjaya (Kiri), Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar, Bung Putu Jody Feriawan (tengah) dan Kementrian Desa, Kisman Hali (Kanan). (ist)

DENPASAR| patrolipost.com – Negara Indonesia adalah negara agraris terutama di Bali. Namun, semakin hari pertanian ditinggalkan dan diabaikan karena dianggap ada sektor yang lebih menguntungkan. Padahal untuk bertani tidak perlu biaya mahal. Hal itu diungkapkan Harto, Expert Pertanian Organik dalam Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat yang diselenggarakan DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar.

Kegiatan tersebut menghadirkan pemateri dari Komunitas 05.30 yang terdiri dari Kisman Hali dari (Kementrian Desa), Harto/Mas Nyo (Expert Pertanian Organik), Urip Sanjaya (Anggota Komunitas 05.30), Anak Agung Fajar (Expert Pertanian Organannik) pada tanggal 1 sampai 3 Pebruari 2021.

Para ahli di bidang pertanian ini, memberikan materi kepada calon kader GMNI Front Marhaenis Denpasar mengenai pertanian organik yang seharusnya bisa menyejahterakan para petani.

Expert Pertanian Organik, Harto/ Mas Nyo menyebutkan bahwa alam memiliki pupuk dan obatnya sendiri, dari alam untuk alam, yang mana artinya alam harus dihidupkan dan dirawat secara organik. Secara garis besar petani tidak perlu takut untuk merawat lahan taninya .

“Tidak semua harus dirawat dengan yang merogoh kocek yang tinggi contoh nya pupuk kimia, dan membuat menjual lahan tani nya untuk kepentingan uang sementara, sedangkan bahan baku makanan harus terus berputar,” ujarnya.

Harto juga berharap kepada para kader GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar agar ikut dalam perjuangan memperbaiki nasib petani melalui praktik pertanian organik.

Hal senada juga disampaikan Kementrian Desa, Kisman Hali, anak muda seperti anggota GMNI dapat memperjuangkan petani dengan cara menyuarakan serta membeli hasil pertanian petani daerah sendiri.

“Kawan-kawan cukup menyuarakan stop subsidi lalu beli hasil produksi masyarakat tani atau kawan-kawan memperjuangkan pemerintah daerah untuk stok pangan di daerah petani,” terangnya.

Sedangkan, Anggota Komunitas 05.30, Urip Sanjaya menilai bahwa saat ini Bali hanya memprioritaskan bidang pariwisata daripada memperbaiki alamnya.

Urip berharap pulau dewata ini lebih mengembangkan agrowisata dengan menekankan hasil alam dan melindungi lahan taninya.

“Bukan malah dijadikan beton untuk hotel dan lain-lain. Alam adalah anugerah kita sebagai orang Bali maupun Indonesia itu sendiri wisatawan dan pariwisata bonusnya. Coba deh kita berpikir seperti itu mungkin banyak lahan tani tidak terjual untuk hotel dan villa. Coba stop memalak petani dengan subsidi mungkin lahan taninya tidak di jual oleh mereka,” jelasnya.

Sementara Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar, Bung Putu Jody Feriawan menuturkan bahwa pertanian bisa dibangkitkan lagi dan menjadi sektor ekonomi utama. Namun, adanya catatan perbaikan dengan memberantas mafia maupun kartel pangan yang mengancam stabilitas, harga ini yang justru merusak pertanian.

Tidak hanya itu, Bung Putu Jody juga mengungkapkan bahwa konsep dalam memajukan pertanian harus jelas. Jangan sampai masalah pertanian hanya “wangi” saat pemilihan umum saja.

“Tujuan PPAB ke III lintas komisariat DPC GMNI FM Denpasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kader GMNI. Dengan mengundang komunitas 05.30 agar para pemuda dan pemudi yang tertarik expert Pertanian bisa tahu tentang teori pertanian organik yang bisa di praktikkan langsung nantinya. Berharap kawan-kawan seperjuangan agar sadar banyaknya mafia pupuk dan ketiadaan konsep jelas mengenai memajukan kesejahteraan petani sampai saat ini,” ungkapnya.

Dalam penutupan sesi terakhir, Bung Jody Feriawan menegaskan bahwa dalam ideologi Marhaenis sudah jelas dikatakan harus memperjuangkan kaum petani. Bukan sebaliknya dan mempersulit para petani.

Lebih lanjut dikatakan bahwa membela tidak hanya sekadar jargon pro wong cilik. Tetapi lahan pertanian setiap tahunnya di Bali terkikis atau berkurang diakibatkan alih fungsi lahan. Berdasarkan data, lahan pertanian di Bali terus berkurang per tahunnya sekitar 700 hektar, dari luas lahan yakni sebanyak 79 ribu hektar.

“Malu kita sebagai negara agraris malah memperkosa ibu pertiwi sendiri. Maka saya berharap kawan-kawan seperjuangan dan bapak-bapak yang terhormat selaku pemateri mau bersama saling rangkul bisa memberikan waktunya untuk membantu petani tidak lagi dijebak oleh mafia -mafia pupuk kimia dan lain-lain dalam konteks bahan rawat tani yang kimia,” tutupnya.

Kegiatan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) III ini di laksanakan sejak tanggal 1 Februari 2021 melalui daring. PPAB dimoderatori Dewa Gede Wahyu Pradnyana dan di isi Bung Sindhu Andredita dan Ketua DPC GMNI Makasar, Bung Akara. Selanjutnya pada tanggal 2 sampai 3 Februari 2021, kegiatan ditutup dengan peyematan pin Sukarno kepada kader yang dinyatakan lulus PPAB III. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.