STT Yowana Bhakti Gelar Pertunjukan Tari Kecak

STT Yowana Bhakti, Banjar Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul menggelar pertunjukan Tari Kecak. (ist)

NUSAPENIDA | patrolipost.com – Sekaha Teruna Teruni Yowana Bhakti, Banjar Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul menggelar pertunjukan Tari Kecak. Hal ini merupakan sesuatu kewajiban sebagai sekaha teruna mempersembahkan sebuah garapan seni sebagai persembahna tatkata upacara ngadeagang berlangsung. Upacara Ngedegang merupakan ritus setiap tahun sekali digelar sehari sebalum tilem kepitu. Neduh Jagat bagian utama dari rangkain upacara tersebut selam 11 hari Ida Bhatara pelawatan barong bangkal dan rancangan (pelawatan) lainnya.

Tari Kecak notabene tari bebalian yang melibatakan semua sekaha teruna dan teruni. Tetapi, saat pandemik masih melanda dalam pementasan tersebut tetap melakukan protokol kesehatan khususnya bagi para penonton dan yang terlibat dalam pergelaran. Pembatasan jumlah penonton harus dan wajib disaat situasi seperti ini.

Hal ini disampaikan Ketua STT Yowana Bhakti, I Dewa Made Sahardika, Senin (18/1/2021). Ia menyebut pergelaran seni pertunjukan kehadiran penonton adalah pelecut dan memotivasi para penari. Tetapi, situasilah yang membuat semua harus beradaptasi dengan kondisi yang sekarang. Dalam performance tersebut, tetap berjalan dengan sesuai dengan rencana dan sukses.

“Sekaha Teruna selalu tampai berkesenian setiap upacara ngadegang berlangsung. Disamping menghibur masyarakat, juga sebagai bentuk melestarikan budaya, ” katanya.

Dia menilai seni tari kecak menampilkan tari dan paduan suara. Khas tari kecak sudah mainstream warga Bali dan masyarakat luar Bali. Seni tari ini mengambarkan perpaduan karakter jadi satu kesatuan, filosofi tersebut sekaha teruna tetap kompak, rasa kebersamaan saling asah, asih, asuh terjalin erat diera gemburan globalisasi.

Menurut Kelian Banjar Sampalan, I Dewa Made Suarjana peran sekaha melestarikan budaya sangat penting, budaya sudah mengakar di Bali sehingga berkesenian jadi identitas.

“Kebersamaan menyala terang perang melawan gerusan perubahan zaman sehingga jati diri sebagai generasi tetap ajeg, ” tuturnya.

Suarjana menyampaikan situasi pandemik memaksa penonton harus dibatasi tetapi pergelaran tetap maksimal. (855)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.