Tersangka, Ustad Maaher Terancam Hukuman 6 Tahun Penjara

Ustad Maaher At Thuwailibi menyandang status tersangka dan terancam hukuman maksimal 6 tahun penjara. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Ustad Maaher At Thuwailibi telah menyandang status tersangka dalam kasus dugaan penghinaan bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Ustad Maaher diduga menghina ulama Nahdlatul Ulama (NU) Habib Luthfi bin Yahya di media sosial Twitter.

Pria bernama asli Soni Erata itu telah ditangkap tim siber Bareskrim Polri. Saat ini dia tengah menjalani pemeriksaan instensif.

“Direktorat Siber Bareskrim Polri dan disangkakan, bukan disangkakan lagi tapi dikenakan pasal 45a ayat (2) dan Pasal 28 ayat 2 UU ITE,” kata tim kuasa hukum Maaher di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (3/12).

Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE tersebut diatur dalam Pasal 45A ayat (2) UU 19/2016. Ancamannya hukuman enam tahun penjara.

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar,” sebagaimana bunyi Pasal 45A ayat (2).

Tim kuasa hukum Ustad Maaher tak memungkiri, kliennya ditangkap Korps Bhayarangkara terkait dugaan penghinaan terhadap Habib Luthfi. Maaher akan menjalani terlebih dahulu pemeriksaan secara intensif oleh penyidik Bareskrim.

“Saya akan mendampingi untuk di-BAP, karena yang bersangkutan sudah ditangkap dan disangkakan sebagai tersangka, maka itu wajib didampingi,” cetus Djuju Purwantoro, tim kuasa hukum Ustad Maaher.

Saat dilakukan penangkapan terhadap Maaher di kediamannya yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, polisi juga turut menyita sejumlah barang bukti elektronik. “Ada beberapa handphone, ada dua atau tiga yang diamankan. Selain handphone ada tab, itu tab milik anaknya. Kalau handphone milik istri dan Ustad Maaher,” pungkas Djuju.

Status tersangka terhadap Maaher dibenarkan oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono. “Kalau ditangkap jadi apa? Jadi tersangka,” ucap Argo.

Untuk diketahui, Waluyo Wasis Nugroho melaporkan Ustad Maaher lantaran dianggap menghina ulama NU, Habib Luthfi bin Yahya. Dugaan penghinaan itu karena Maheer mengunggah foto Habib Luthfi dengan balutan sorban dan menyebutnya ‘cantik pakai jilbab’.

KH: Kejanggalan Penangkapan
Djuju Purwantoro, tim kuasa hukum (KH) Ustad Maaher At Thuwailibi menilai terdapat kejanggalan dalam penangkapan kliennya.

Penangkapan terhadap Maaher karena dirinya telah menyandang status sebagai tersangka terkait ujaran kebencian. Penangkapan itu berdasarkan berdasarkan surat penangakapan SP.Kap/184/XII/2020/Dittipidsiber.

“Iya ini jelas diproses penegakkan hukum tampak sekali terjadi kejanggalan dan diskriminasi. Karena banyak sekali mereka katakanlah dekat dengan rezim itu, walaupun kami lakukan pelaporan berkali kali, tidak ada tindak lanjut secara hukum gitu,” kata Djuju di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (3/12).

Hal yang dianggap janggal, kata Djuju, seharusnya polisi terlebih dahulu melakukan pemanggilan untuk dilakukan pemeriksaan. Sehingga tidak serta-merta menjerat Maaher dengan sangkaan UU ITE.

“Sekarang ini statusnya langsung tersangka dan langsung ditangkap. Banyak keanehan keanehan juga dalam proses penangkapan ini. Yang bersangkutan itu kan tanpa prosedur pemanggilan sesuai aturan KUHAP Pasal 1, tapi langsung beliau ditangkap dibawa,” ujar Djuju.

Djuju belum mengetahui, apakah kliennya langsung ditahan oleh penyidik Barekrim Polri atau tidak. Karena membutuhkan waktu 1×24 jam terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan Maaher untuk ditahan.

“Kalau penahanan belum dilakukan, karena prosesnya belum 24 jam. Tapi sekarang prosesnya BAP,” ungkap Djuju.

Sebelumnya, Ustad Maaher At Thuwailibi ditangkap Bareskrim Polri sekitar pukul 04.00 WIB. Penangakapan terhadap pria bernama lengkap Soni Ernata itu ditangkap atas dugaan kasus penghinaan bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

“Ya memang benar tadi pagi jam 4 subuh tim dari Bareskrim Polri terutama dari Siber, telah melakukan penangkapan terhadap seseorang di daerah Bogor. Yang bersangkutan dilaporkan oleh salah satu pelapor yang merasa terhina,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Argo Yuwono dikonfirmasi, Kamis (3/12).

Argo menyampaikan, penangkapan teehadap Maheer dilakukan karena polisi telah menaikan status ke penyidikan atau telah ditetapkan sebagai tersangka. Dugaan SARA itu lantaran pernyataan Maheer yang dilaporkan menghina ulama Nahdlatul Ulama (NU) Habib Luthfi bin Yahya. “Kalau ditangkap jadi apa? Jadi tersangka,” ujar Argo.

Maheer disangkakan melanggar Pasal 45a ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) UU No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik. (305/jpc)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.