Akibat Covid-19, Wayan Sution Banting Setir Jualan Telur di Jalan

Wayan Sution di sisi Jalan Veteran, Denpasar. 

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR | patrolipost.com – Anjloknya sektor pariwisata sebagai penopang perekonomian Bali akibat pandemi Covid-19 rupanya benar-benar dirasakan seluruh lapisan masyarakat dari kalangan atas hingga bawah. Namun demikian masih ada sebagian masyarakat yang tidak hanya mengeluh, meratapi diri menunggu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Banyak cara bisa dilakukan agar mampu bertahan hidup di tengah kondisi pandemi Covid-19, tak terkecuali salah seorang warga Denpasar, Wayan Sution, yang awalnya berjualan baju di hotel-hotel, akhirnya banting setir berjualan telur ayam dipinggir Jalan Veteran, Denpasar.

Sebelumnya pria asal Kitamani, Batur, Bangli ini mengaku jualan baju kaos berciri khas Bali di depan beberapa hotel di Denpasar maupun di daerah Kuta, Badung. Akan tetapi semenjak Covid-19 melanda Bali, usaha yang ditekuni dirinya selama 20 tahun lebih berangsur-angsur mati suri yang akhirnya membuat usahanya ikut gulung tikar.

“Bagaimana bisa bertahan pak, tamu tidak ada siapa saya jualin baju di hotel-hotel,” keluhnya saat disambangi, Kamis (29/10/2020) diseputaran Jalan Veteran, Denpasar.

Tak hanya meratapi kondisi yang ada, lantas ia mencoba melihat peluang yang kemudian memutuskan banting stir alias beralih berjualan telur ayam dengan mobil yang sampai saat ini masih dilakoninya.

Dikisahkan, awal berjualan telur dirinya merasa senang karena banyak pengguna jalan yang mampir, lumayan laku. Namun demikian seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak pula pedagang telur yang parkir di sepanjang jalan. Akibatnya belakangan terakhir usaha sejenis mulai menjamur, sehingga membuat omsetnya mengalami penurunan.

“Dulu lumayan saya bisa berjualan dagangan ini (red, telur ayam), akan tetapi saat ini paling banyak bisa berjualan beberapa kerat telur saja. Per kerat biasa saya jual dari Rp 35 ribuan sampai Rp 40 ribuan per kerat,” sebutnya.

Dirinya merasa ada perbedaan berjualan baju kaos dengan berjualan telur. Berjualan baju kaos hanya butuh beberapa jam saja sudah bisa dapat hasil, akan tetapi berjualan telur bisa berhari-hari di jalan kadang ada pembeli dan terkadang tidak ada sama sekali.

“Berjualan ini bisa membuat saya berhari-hari di jalan. Ya, apa pun kondisinya tetap harus disyukuri saja,” tuturnya.

Parahnya lagi pria paroh baya yang ramah ini menyampaikan, ketiga anaknya sebelumnya juga bekerja di sektor pariwisata akhirnya ikut membuka lapak dagangan. Ada yang berjualan telur dan ada juga buka lapak jual minuman.

“Namun bagaimanapun juga saya harus tetap optimis menghadapi kondisi ini, karena kita tidak tahu kapan Covid-19 ini akan berakhir. Bisa besok, tahun depan atau kapan, entahlah,” katanya pasrah. (wie)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.