BEDO Dorong Pengusaha Aktif Jaga Kelestarian Alam

Pengurus yayasan Business & Export Development Organization foto bersama dengan peserta Focus Group Discussion usai kegiatan di Veneta Gelateria, Jalan Hang Tuah, Sanur, Denpasar, Selasa (20/10/2020). (djo)

DENPASAR | patrolipost.com – Business & Export Development Organization (BEDO) sebagai yayasan pengembangan usaha kecil mendorong pengusaha untuk turut aktif dalam menjaga kelestarian alam. Hal ini sesuai dengan visi BEDO, yaitu menciptakan pengusaha Indonesia yang sukses, namun bertanggung jawab pada lingkungan dan sosial.

Hal ini terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) bertemakan “Bahan Baku Daur Ulang dari Pantai Bali untuk UMKM” yang diselenggarakan oleh BEDO dan Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Veneta Gelateria, Jalan Hang Tuah, Sanur, Denpasar, Selasa (20/10/2020).

Ketua BEDO Dwi Iskandar mengatakan, kegiatan FGD tersebut dihadiri puluhan pengusaha di bidang handicraft, home décor, fashion designer, dan aksesoris serta para UKM yang mengolah bahan baku dari sampah. Program untuk para pembersih pantai di Bali ini diawali dengan kegiatan survei kondisi sampah di 5 pantai di Bali yaitu, Kuta, Legian, Seminyak, Kedonganan, dan Jimbaran.

Melalui FGD ini diharapkan adanya masukan dari para praktisi dan industri tentang karya cipta bernilai ekonomis dan memiliki daya jual cukup tinggi. “Semoga sampah di pantai Bali berkurang dan sampah yang ada kini bisa menjadi nilai ekonomis bagi masyarakat,” ujar Dwi Iskandar.

Corporate Affairs Executive CCAI Made Pranata menjelaskan, melalui program “Bali Beach Clean Up” untuk menjaga kebersihan pantai. Pihaknya berusaha mendukung pengembangan masyarakat sekitar pantai melalui berbagai inisiatif seperti, program clean-up, bantuan pendidikan bagi anak-anak berprestasi, penyediaan layanan kesehatan secara cuma-cuma di setiap poliklinik, dukungan penanaman pohon, pemberdayaan masyarakat lewat program Coca-Cola Forest, serta pengembangan bibit muda sepakbola melalui Coke Kicks.

Amatil Indonesia juga fokus dalam pemberian bantuan kemanusiaan bagi masyarakat, salah satunya dalam menghadapi pandemi Covid-19, CCAI menyalurkan alat pelindung diri (APD), disinfektan, alat kebutuhan medis lainnya, serta paket produk minuman bagi mereka yang bertugas di garis depan dalam penanganan, pelayanan, dan perawatan Covid-19 di Tanah Air.

“Kami memiliki optimisme untuk menjadikan potensi alternatif ini dapat dimanfaatkan dengan lebih baik, melalui metode-metode pelatihan dan penerapan yang optimal bersama komunitas. Semoga kegiatan ini dapat menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi,” harap Made Pranata, seraya menuturkan, melalui hasil survei yang dilakukan oleh tim Eco Bali, kondisi sampah ditengah pandemi Covid-19 mengalami penurunan.

Program Manager BEDO Jeff Kristianto menjelaskan, peran BEDO sebagai penghubung untuk mempertemukan para pengusaha yang berorientasi ekspor dengan para pelaku pengolahan limbah pantai. Selanjutnya, mengolah limbah sampah tersebut untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan kondisi pantai agar lebih bersih, indah, dan sehat.

“Hasil FGD ini diharapkan dapat menumbuhkan ide-ide baru dalam pengolahan sampah pantai serta dapat membantu sebagai alternatif perekonomian para pembersih pantai di Bali,” kata Jeff Kristianto.

Sehari sebelumnya, Senin (19/10), dilakukan pelatihan upcycling, yaitu membuat kain pantai dan syal dengan metode eco-print bersama para pembersih pantai yang dipandu Ani Nurdiana, pengrajin Eco-Print dari Pasuruan. Hal ini guna menambah skill dan diharapkan dapat menjadi alternatif penghasilan bagi para pembersih pantai di Bali.

Ketua Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS) I Made Aditiasthana, mengapresiasi penyelenggaraan FGD yang dihelat BEDO dan CCAI. Pria yang akrb dipanggil Adit ini menjelaskan, 3 program yang digaungkan yaitu, perawatan luka kencing manis yang sering berdampak buruk di kaki hingga harus diamputasi, dan pembuatan kaki palsu dari hasil daur ulang limbah plastik, kayu, dan karet. Serta pemberdayaan kaum disabilitas agar bisa mandiri.

Menyadari biaya pembuatan kaki palsu yang sangat mahal, maka ia berinovaai dengan memanfaatkan limbah plastik untuk diolah menjadi kaki palsu dengan proses rehabilitasi berulang kali. “Sejak 31 Oktober 2019 lalu hingga saat ini kami telah memproduksi 11 unit kaki palsu,” kata Adit. (246)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.