Tiga Hal Ini Jadi Titik Temu Peternak Ayam Bali Bersama Integrator

FGD bersama Peternak Ayam Bali dengan Integrator di Dinas Pertanian, Hortikultura dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR | patrolipost.com – Sengkarut yang membelit para peternak ayam Bali yang tergabung dalam Forum Peternak Ayam Bali belakangan ini rupanya mulai menemukan titik temu. Hal itu terungkap dari apa yang disampaikan salah seorang peternak ayam Bali, Putu Ismaya yang dihubungi melalui selulernya, Jumat (11/9/2020) dari Denpasar.

“Melalui Focus Group Discussion (FGD) yang digelar bersama pihak terkait kita mulai menemukan titik temu,” sebut Ismaya.

Dikatakan, dalam FGD yang digelar di Dinas Pertanian, Hortikultura dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (9/9/2020) lalu, ada tiga hal yang menjadi catatan pihak terkait.

“Pertama, adanya pembatasan DOC menjadi empat juta perbulan sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, kedua adanya pembatasan masuknya DOC ataupun daging ayam dari luar Bali selama pandemi Covid-19 dan yang ketiga, dibentuknya tim monitoring dan evaluasi lintas instansi/lembaga,” jelas Ismaya.

Selain tiga hal penting yang bisa dipetik dari FGD tersebut, hal lainnya yaitu hadirnya para integrator yang lantas bersepakat untuk merapatkan barisan menghadapi pandemi Covid-19.

“Tinggal bagaimana kedepan kita kawal bersama kesepakatan awal ini, sembari memperbaiki data-data yang kita miliki,” tuturnya, seraya berharap Dinas terkait betul-betul melibatkan diri dalam persoalan yang dihadapi peternak ayam Bali sebagai wujud hadirnya pemerintah hadir dalam persoalan yang dihadapi para peternak ayam Bali.

Sedangkan dari tempat terpisah, Anggota Komisi IV DPR RI, AA Bagus Adhi Mahendraputra yang hadir di FGD saat dihubungi melalui selulernya membenarkan jika dalam pertemuan awal telah dihasilkan sebuah kesepakatan awal.

“Penting kita lakukan tata kelola distribusi pasokan ayam ke Bali yang berbasis data,” sebut Gus Adhi begitu kerap disapa.

Ia berpendapat bagaimana bisa mengetahui pasokan itu over atau tidak jika tidak ada data yang dimiliki. Selain itu dikatakan pentingnya database pasokan untuk mengetahui berapa sebetulnya kebutuhan daging ayam di Bali.

“Data itu penting dibutuhkan agar tidak terjadi ‘overlap’ antara peternak Bali dengan para integrator,” sebutnya.

Lantaran itulah disebutkan Gus Adhi diperlukan semacam ‘Research and Development’ atau R and D bagaimana memetakan persoalan yang ada agar didapat solusi bersama.

“Jika semua berdasar database, tentu tidak akan ada yang namanya ‘katanya’ tapi semua akan terukur,” tukasnya yang beranggapan tidak perlu lagi ada Cold Storage di masing-masing kabupaten/kota seperti yang pernah diwacanakan.

“Lengkapnya data memungkinkan kita mensuplai daging ayam segar kepada masyarakat, bukankah itu yang kita inginkan,” ujarnya.

Gus Adhi juga menyambut baik langkah yang ditempuh dinas terkait yang berinisiatif memfasilitasi persoalan yang dihadapi para peternak yang tergabung dalam Forum Peternak Ayam Bali memecahkan persoalan mereka melalui FGD yang digelar.

“FGD ini langkah awal, selanjutnya tim Monitoring dan Evaluasi yang akan bekerja secara bersama agar hasilnya terukur,” pungkasnya. (Red)

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.