Membangun Pertanian yang Inovatif dan Produktif

Dr Ir Gede Sedana, M.Sc, M.M.A.

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR | patrolipost.com – Saat ini dan hingga ke depan, tingkat kebutuhan terhadap produk-produk pertanian, seperti pangan telah semakin meningkat karena permintaan yang semakin tinggi sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk termasuk dengan derasnya arus migran (wisatawan non non-wisatawan) di Indonesia seperti di Bali.

Pertambahan jumlah penduduk ini harus diantisipasi oleh terjaminnya ketersediaan pangan melalui berbagai produk-produk pertanian. Oleh karena itu, keberadaan sektor pertanian perlu mendapatkan perhatian yang semakin serius dan intensif. Pembangunan pertanian agar dikembangkan melalui pendekatan komoditas dan wilayah dan berorientasi pada kesejahteraan petani yang berkelanjutan. Pendekatan komoditas tersebut ditujukan untuk lebih menekankan pada orientasi produk-produk yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu serta tersedia dalam jumlah dan kualitas tertentu. Begitu diungkapkan Rektor Dwijendra University, Dr Ir Gede Sedana, M.Sc., M.M.A., di Denpasar, Sabtu (29/8/2020).

Pendekatan komoditas dilakukan secara integratif dan sinergis dari aspek kelembagaan (kebijakan dan lembaga-lembaga yang berperan dalam supply chain produk-produk pertanian. Beberapa aspek yang tercakup dalam pendekatan komoditas ini adalah jenis dan karakteristik berbagai produk pertanian, kondisi permintaan dan penawaran produk di dalam suatu wilayah di dalam negeri termasuk di tingkat internasional, prilaku konsumen terhadap produk-produk pertanian termasuk tingkat harganya. Ini berarti bahwa pendekatan komoditas sangat relevan dengan kondisi pasar produk-produk pertanian dala m periode dan wilayah tertentu.

Sementara itu, pendekatan wilayah dapat memberikan gambaran terhadap kesesuaian aspek agroklimat terhadap berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Melalui pendekatan ini, akan dapat dibangun dan dikembangkan sentra-sentra produksi pertanian yang memberikan jaminan adanya ketersediaan berbagai produk pertanian dalam setiap musim.

Turbulensi terhadap ketersediaan produk-produk pertanian dan permintaan atau kebutuhan masyarakat dapat menimbulkan efek kejut terhadap situasi ekonomi di tingkat mikro. Sektor-sektor yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat terpengaruh jika ketersediaan pangan mengalami gangguan.

Guna mengatasi kondisi tersebut, pemerintah dan berbagai stakeholder baik di level provinsi maupun kabupaten/kota perlu merancang atau menyiapkan rencana strategis pengembangan pertanian ke depan yang mengkaitkan antara sektor di hulu sampai ke hilir. Pembangunan pertanian agar dirancang secara holistik dan sinergis guna mewujudkan pertanian inovatif dan produktif secara berkelanjutan.

Pemerintah agar menjadikan sektor pertanian sebagai lokomotif perekonomian karena memiliki relisiensi yang tangguh dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Selain itu, dengan membangun pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani akan dijamin meningkatkan daya beli petani dan keluarganya. Para petani selain sebagai produsen, mereka juga sekaligus sebagai konsumen terhadap produk-produk industri termasuk produk-produk dari sektor jasa. Peningkatan daya beli para petani beserta keluarganya akan memiliki efek domino yang positif terhadap arus barang dan jasa serta tunai/cash di dalam sistem pasar. Jika kondisi ini terjadi maka perekonomian akan semakin lancar dan saling memberikan kontribusi untuk mendukung pembangunan baik di tingkat daerah maupun nasional.

Sementara itu, pemerintah juga memperoleh manfaat yang signifikan dari peningkatan pendapatan para petani, karena mereka memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, seperti membayar pajak tanah, meningkatkan modal kerja dan investasi dalam pengelolaan usaha taninya sebagai akibat dari peningkatan pendapatannya.

Upaya yang perlu dilakukan pemerintah dalam jangka pendek adalah menyusun dan menetapkan rencana aksi yang matang dengan melibatkan berbagai sektor dan stakeholder untuk secara bersama-sama dan sinergis di dalam membagun sektor pertanian guna semakin meningkatkan produktivitas, kualitas, dan daya kempwtitif/daya saing produk, serta nilai tambah produk pertanian.

“Orientasi ke depan adalah peningkatan kesejahteraan petani dan para pelaku dalam supply chain produk pertanian,” sebut Gede Sedana.

Pertanian yang produktif dan inovatif diharapkan menjadi dasar kemandirian dalam pengelolaan usahatani yang semakin tangguh dan profesional. Prinsip charity dalam pembangunan pertanian semakin dikurangi sehingga keberlanjutan pertanian dapat terwujud dan memberikan kontribusi yang semakin tinggi dalam pembangunan ekonomi. Selain itu, perlu dilakukan kegiatan edukasi yang intensif agar memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengkonsumsi produk-produk pertanian lokal dan mendorong penerapan diversifikasi pangan lokal. Pengembangan agroindustri hulu dan hilir di.perdesaan dan perkotaan perlu diperkuat untuk membangun kemitraan bisnis dengan kelompok-kelompok petani.

Dengan demikian, produk-produk pertanian akan terserap dengan tingkat harga yang layak sebagai apresiasi terhadap kualitas produk yang dihasilkan petani. Melalui pembangunan pertanian yang inovatif dan produktif akan memberikan manfaat ekonomis dan non-ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah selain para petani dan keluarganya. (*/Red)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.