Artis Terjerat Prostitusi Online, Psikolog: Itu Gaya Hidup dan Pergaulan

Sejumlah artis membuat viral media sosial saat nama mereka tersangkut kasus prostitusi online. Diduga salah satunya Vernita Syabilla yang kini tengah menjadi perbincangan.(ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Penangkapan Vernita Syabilla menambah daftar artis Tanah Air yang terjerat kasus prostitusi online, setelah diamankan petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polresta Bandar Lampung bersama dua orang yang diduga mucikari. Ketiganya diamankan di sebuah kamar hotel berbintang di Kota Bandar Lampung.

Sebelum Vernita, ada Hana Hanifah yang juga diamankan bersama seorang pria di sebuah kamar hotel di Medan.

Kasus lainnya, Vanessa Angel yang ditetapkan sebagai tersangka dan divonis bersalah dan menjalani hukuman 6 bulan penjara.

Lalu apa yang membuat sejumlah artis ini terlibat kasus prostitusi online? Psikolog Kasandra Putranto mengatakan gaya hidup menjadi salah satu penyebab para artis melakukan pekerjaan tersebut.

“Gaya hidup, pergaulannya. Sebagai artis selalu dituntut untuk tampil cantik dan menarik. Kalau penghasilan dia tidak mencapai, bisa dipilih jalan pintas,” kata Kasandra Putranto, Kamis (30/7/2020)

Kasandra menjelaskan, konon prostitusi merupakan salah satu pekerjaan yang paling tua dan paling mudah bagi orang-orang tertentu. Pada dasarnya, prostitusi muncul karena situasi sosial yang dipersepsikan sebagai tidak ada cara lain untuk bisa memperoleh nafkah dengan segala keterbatasan diri. Namun, Masalah ini menjadi heboh karena pelakunya merupakan artis atau public figure.

“Keterbatasan untuk memiliki pengetahuan tentang hukum, situasi sosial, kapasitas pengendalian diri, melindungi diri dari jebakan dunia prostitusi. Banyak artis muda terjebak. Ia, itupun karena hukuman sosial dari media dan masyarakat,” jelasnya.

Kasandra menyarankan para orang tua penting untuk menanamkan nilai-nilai moral agar anak dan anggota keluarga lainnya tidak terlibat dengan prostitusi. Tak sampai disitu, penanaman nilai-nilai moral ini, juga harus diimbangi dengan kemampuan pengendalian emosi dan kecerdasan sosial.

“Menanamkan nilai moral penting, tetapi harus didukung oleh penguatan kapasitas pengendalian emosi dan kecerdasan sosial, selain juga meningkatkan keterampilan dan kompetensi agar mampu menghasilkan nafkah,” sarannya.(305/snc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.