Gunung Agung Erupsi Hebat, Lontarkan Lava Pijar Sejauh 3 Kilometer

AMLAPURA | patrolipost.com – Rasa was-was dan cemas kembali menghantui warga di sekitar Gunung Agung, menyusul erupsi disertai dentuman keras serta lontaran lava pijar sejauh 3 kilomter, Jumat (24/5) malam. Erupsi terjadi sekitar pukul 19.23 Wita, diawali suara gemuruh keras di lereng gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem Bali tersebut.
 
Berdasarkan informasi yang dihimpun patrolipost.com, letusan yang terjadi kemarin merupakan yang terbesar dari letusan sebelumnya. Pasalnya, saat terjadinya erupsi atau saat terdengar suara dentuman, warga merasakan getaran tanah hingga  radius 12 kilometer. Warga yang mendengar suara dentuman tersebut langsung berhamburan keluar rumah untuk mengacek kondisi Gunung Agung. Sementara warga yang tinggal di lereng Gunung Agung sempat panik ketika melihat lontaran lava pijar yang cukup jauh, yang memicu terjadinya kebakaran di sekitar lereng gunung.

Berdasarkan laporan Magma Volcano Eruption Notice (VEN) yang dikeluarkan oleh PVMBG Kementerian ESDM, erupsi yang terjadi kemarin terekam oleh seismogram di pos pengematan Gunung Agung. Tercatat, Amplitudo erupsi 30 milimeter dengan durasi 4 menit dan 30 detik. Lontaran lava pijar juga terpantau hingga sejauh 2.500 meter dari kawah Gunung Agung.

Sementara itu, Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, PVMBG Kementerian ESDM, ketika dimintai keterangan soal erupsi kemarin menjelaskan, karakter eruspi yang terjadi tersebut masih sama dengan erupsi yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Disebutkannya pula erupsi yang terjadi ini cenderung rutin setiap enam hari sekali, dimana erupsi sebelumnya terjadi pada tanggal 12-18-dan terakhir tanggal 24 Mei kemarin.

“Kalau dilihat dari gambar dan foto kami bisa prediksikan ketinggian kolom abu vulkanik mencapai 2.000-3.000 meter dari atas permukaan kawah. Sedangkan untuk lontaran lava pijar masih terjadi secara radial hingga radius 3.000 meter dari permukaan kawah. Nah ini artinya masih relatif aman bagi warga yang tinggal diluar zona merah 4 kilometer,” tegasnya.

Dilanjutkannya, kalau erupsi terjadi secara rutin seperti ini maka jangkauan lontaran lava pijarnya masih pada area zona merah. Dan erupsi ini memang wajar terjadi karena masih adanya gerakan magma ke atas permukaan. Dimana pergerakan itu bisa dipantau dari gempa-gempa vulkanik yang hingga saat ini masih terekam. 

“Kalau terekam gempa vulkanik, itu menandakan masih adanya akumulasi tekanan. Untuk jenis erupsi yang terjadi ini merupakan erupsi strombolian vulkanian, yakni erupsi yangg disertai dengan lontaran lava pijar,” paparnya.
Terkait erupsi ini, pihaknya juga sudah mengeluarkan Volcano Oservatori Notoce for Aviation (VONA) berwarna orange. Kalau dilihat dari pergerakan sebaran abu diakuinya mengarah ke Barat Daya, dan arah ini merupakan arah ke Bandara I Gusti Ngurah Rai. “Kalau untuk arah sebaran abu itu sudah masuk pada kewenangan BMKG, sedangkan jika abu itu dianggap mengganggu penerbangan maka itu kewenangan dari Kementerian Perhubungan,” tandasnya.

Dari laporan dari lapangan, sejumlah daerah yang terpapar hujan abu cukup tebal pasca erupsi tersebut diantaranya, Dusun Pura Gae  dan Pemuteran, Desa Pempatan, Rendang, di Desa Besakih diantaranya di Dusun Temukus, Angsoka, Kesimpar, Besakih Kangin. Berikutnya Desa Menanga dianataranya Disun Belatung dan Pejeng. Desa Sebudi, Kecamatan Selat, diantaranya Dusun Pura, Dusun Lebih, Badeg Dukuh, Sogra, Sebun, Sebudi dan Dusun Bukit Galah.
Hujan abu tebal juga terjadi di wilayah Desa Muncan, Desa Amerta Buana, Desa Nongan, Desa Rendang dan abu tebal juga melanda wilayah Kabupaten Bangli.

Dari laporan yang diterima, kendati warga di lereng Gunung Agung sempat panik, namun tidak ada laporan adanya warga atau pergerakan warga menuju ke pengungsian, karena kondsi kembali tenang sesaat setelah suara gemuruh sudah tidak terdengar lagi dan lava pijar sudah mati. (btn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.