Sering Dipukul dan Gaji 6 Tahun Tak Dibayar

DENPASAR | patrolipost.com – Kisah kekerasan terhadap Pembantu Rumah Tangga (PRT) kembali terjadi. Kali ini, dialami oleh seorang gadis asal Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Viktoria alias Vitaliana (18). Selama enam tahun menjadi PRT, tidak hanya gaji yang tidak dibayar, tetapi juga ia mengalami kekerasan fisik.

Ditemui Bali Tribune di sebuah kos-kosan di wilayah Padanggalak, Denpasar Timur tadi malam, ia menceriterakan, berawal pada tahun 2008 saat masih berusia 9 tahun, disuruh oleh orangtuanya untuk bekerja. Ia pun meninggalkan kampung halamannya Desa Golomale, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur dan merantau ke Ende menjadi pembantu di keluarga pasangan Budi – Susrianingsih asal Madura, Jawa Timur. Selama lima tahun menjadi pembantu gajinya selalu dibayar.

“Waktu masih di Ende, gaji saya selalu dibayar. Pernah saya kirim uang gaji saya untuk orangtua di kampung,” ungkapnya.

Pada tahun 2013, keluarga majikannya mulai tidak harmonis. Putri pasangan Klitus Randus – Tresofia ini diajak majikan perempuan, Susrianingsih ke kampung halamannya di Sumenep, Kaliangat, Madura. Sejak di Madura itulah gajinya mulai tidak dibayar. Tidaknya hanya itu, setiap kesalahan apapun ia selalu dipukul oleh majikan perempuannya itu. Bahkan, bukan hanya sang majikan tetapi orangtuanya majikan juga ikut memukul.

“Semua orang yang ada di dalam rumah itu pukul saya kalau saya ada kesalahan kerja. Kayu atau sapu yang ada di tangan mereka langsung pukul di kepala atau badan, kalau menurut mereka ada kesalahan yang saya lakukan. Hanya pisau atau benda tajam yang tidak pernah. Paling parah, mulut saya dipukul sampai luka dan berdarah karena saya lap kaca dibilang tidak bersih,” tuturnya.

Mirisnya, tiga bulan lalu sang majikan memasukan namanya dalam kartu keluarganya untuk dibuatkan KTP. Setelah KTP-nya jadi, justru dipakai oleh sang majikan sebagai jaminan untuk meminjam uang di bank. “Karena mau pinjam uang, sehingga saya disuruh buat KTP. Dan setelah dipakai untuk pinjam uang, KTP saya ditahan oleh ibu Susrianingsih,” terang putri sulung dari lima bersaudara ini.

Para tetangga dan keluarga sepupu sang majikan yang melihat kondisinya kemudian menyarankan dia untuk kabur. Ia kemudian menghubungi mantan majikan pria yang saat masih di Ende, Budi untuk mengirimkan uang agar ia bisa kabur. Hasilnya, Sabtu (4/5) pukul 05.00 WIB ia berhasil kabur dari rumah saat seisi rumah dalam kondisi tidur. Ia berangkat dari Madura dengan menumpangi bus ke Bali dan saat ini numpang di tempatnya Budi.

“Tetangga dan sepupunya kasihan kepada saya, jadi suruh saya kabur. Mereka bilang, kalau kamu tidak kabur gaji kamu tetap tidak dibayar. Tetangga yang sering kasih saya uang untuk keperluan pribadi saya. Kalau tetangga tidak suruh, saya juga memang niat untuk kabur karena sudah tidak kuat lagi. Semua perkerjaan disuruh saya ambil, mulai dari masak, cuci, setrika, sapu dan jemput anak-anaknya,” urainya.

Ia berharap ada pihak yang dapat memfasilitasi agar ia dapat pulang ke kampung halamannya untuk bertemu dengan keluarganya. Waktu di Ende, orangtua masih ada telepon. Tapi saat di Madura sampai sekarang tidak ada kabar dengan keluarga.
“Orangtua tidak tau saya ada dimana sekarang, mungkin mereka pikir saya sudah meninggal. Saya juga ingat wajah orangtua saya sedikit saja,” pungkasnya seraya tersenyum getir. (ray)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.