Dampak Corona, Tukang Asah Pisau Taji Kini Menganggur

Komang Riang menujukkan pisau taji yang  telah diasah.

BANGLI | patrolipost.com – Pasca merebaknya penyebaran virus Corona (Covid-19) berbagai kegiatan  yang  bisa menyedot  keramian dilarang atau ditiadakan. Salah satunya aktifitas permainan sabungan ayam.

Hampir dua bulan aktifitas  sabungan ayam di sejebag Bali tiarap. Dampak dari ditutupnya  sabungan ayam  sangat dirasakan oleh masyarakat yang  mengais rezeki dari permainan tersebut. Salah satunya yakni para tukang asah pisau taji.

Bacaan Lainnya

Salah seorang tukang asah taji, Komang Riang (43) mengungkapkan, pasca pandemi Covid-19 yang dibarengi dengan ditutupnya aktifitas  sabung ayam praktis  kini  menganggur.

“Sudah hampir dua bulan saya menganggur, tidak ada lagi bebotoh yang datang untuk mengasah pisau  taji,” ungkap  Komang Riang, Minggu (10/5/2020).

Lanjut Komang Riang,  sebelum pandemic Covid-19  bisa dibilang dia sampai kewalahan menerima order. Mereka yang datang ke bengkelnya  untuk mengasah pisau taji tidak saja dari Bangli, namun datang dari luar daerah seperti dari Klungkung, Gianyar, Karangasem dan Denpasar. Ia mengaku keahliannya mengasah  pisau taji  tidak ada yang mengajarnya, awalnya hanya mencoba-coba belajar di rumah.

“Hampir 10 tahun saya sempat ikut bekerja  di tempat orang  dan kemudian baru  mandiri  dengan membuka bengkel di rumahnya di Banjar Bias, Gunaksa,” ungkap pria berperawakan gempal ini.

Disinggung untuk ongkos, suami dari Ni Wayan Sri Rantini  mengatakan untuk  ongkos mengasah pisau taji Rp 5000 per batang. Sedangkan  untuk mengerung pisau taji Rp 8.000 per batang. Untuk proses mengasah satu batang pisau taji membutuhkan waktu lima menit. Dalam sehari Komang Riang mengaku bisa mengasah pisau taji sampai  75 – 80 batang.

“Waktu pengambilan pekerjaan mulai dari pukul 07.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita,” sebut pria beranak dua ini.

Karena menganggur praktis tidak ada lagi uang pemasukan, sementara dia dituntut  untuk menghidupi keluarga. Apalagi anaknya yang nomer dua yang  berusia tiga tahun masih ketergantungan dengan susu.

”Untuk biaya dapur berikut membeli susu, saya gunakan uang  hasil kerja sebelumnya yang saya sisihkan,” jelas Komang Riang  sambil  memerlihatkan pisau taji yang telah diasah.

Dalam keseharianya tanpa kegiatan Komang Riang mengaku mengisi kesibukannya dengan kegiatan berburu atau memancing. ”Dari pada bengong di rumah, kegiatan keseharian saya isi dengan memacing atau berburu bersama kerabat,” jelas Komang Riang sambil mengisap rokoknya dalam–dalam.

Komang Riang berharap agar pandemic Covid-19 dapat segera berlalu, sehingga bisa kembali beraktifitas. Menurutnya selain dirinya, efek Covid-19 juga dirasakan oleh pedagang asong dan mereka yang mengais rezeki di arena sabung ayam.

”Mudah-mudahan kondisinya secepatnya bisa normal kembali, baru dua bulan saja dampaknya  sudah sangat  terasa,” ujar Komang Riang. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.