Sanggar Seni Gumiart Mempersembahkan 6 Tari di FBJ

DENPASAR | patrolipost.com – Koreografer muda sekaligus Ketua Komunitas Gumiart Bali, I Gede Gusman Adhi Gunawan tetap bergerak menciptakan karya yang mewakili jati diri seorang seniman. Serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ), Sanggar Seni Gumiart mempersembahkan 6 tari kontemporer yang tersaji apik di panggung Angsoka, Taman Budaya Art Center Denpasar, Rabu (30/10) malam lalu.

I Gede Gusman Adhi Gunawan atau lebih dikenal Wawan Gumiart berhasil tampilkan karya tari kontemporer dari seni tradisi diolah kembali dan dikembangkan menjadi sajian seni baru.

Enam seni tari yang ditampilkan dengan durasi waktu kurang lebih 1,5 jam adalah Tari Busung Mangigel yang menggambarkan keindahan alam Bali dibawakan oleh 5 penari wanita.
“Tari ini mendeskripsikan alam dengan simbol busung (janur) sebagai simbol ketulusan,” ucap Wawan.

Selanjutnya ada karya Tari Mozaik Mini Nusantara. Karya ini mengekplorasi seni tradisi Nusantara yang terdapat banyak etnik. Bukan hanya seni tradisi Bali, tetapi juga seni tradisi dari luar daerah, sehingga campuran berbagai etnik terkemas  memberikan warna yang beragam.

Tampilan berikutnya Tari Sura Magadha dengan gerakan lebih banyak berbentuk tari putra gagah yang dibumbui dengan sebuah cerita, tokoh dari pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.

“Tari Sura Magadha tampil perdana pencampuran frame kita ke etnik tanah Jawa dan Bali,” katanya.

Berikutnya Tari Baris Wayang, sebuah karya yang menstranformasi gerak-gerak wayang berada di belakang kelir. Tarian ini sudah lumayan lama dikenal, dengan mencoba mengawetkan 2 konsep wayang yang menari dan cara menarikan wayang diterjemahkan dengan tubuh.

Selanjutnya yang terakhir yaitu tampilan tari Legong Buwuk menjadi ikon GumiArt. Sebuah tari mengangkat kisah nyata yang hanya menyisakan puing menggambarkan suasana sesudah musibah.

Menurut Wawan Gumiart, proses penciptaan karya tarinya kurang lebih 2 sampai 3 bulan. Namun, tingkat pencapaian ditentukan oleh konsep dan pola, sehingga tidak bisa diperkirakan dalam waktu tertentu. Dalam proses berkarya Wawan Gumiart berusaha menghadirkan karya yang mewakili jati diri.

“GumiArt berusaha hadirkan jati diri kami dan tidak mencontek siapa pun, karena jika seorang seniman mencontek berarti dia tidak memiliki jati diri,” tutur Wawan.

Dia menambahkan, kesempatan terbuka baginya saat ini untuk menghadirkan karya-karya terbaik yang bisa diwariskan untuk anak dan cucu.

“Walaupun kita tidak berkarya, tapi kita tetap berinovasi, tetap bergerak untuk menciptakan karya yang bisa diwariskan untuk anak cucu,” tutupnya. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.