Meski Kecewa PKB Ditiadakan, Seniman Akui Pemprov Putuskan yang Terbaik untuk Bali

Seniman wayang I Made Sidia (kiri) dan Seniman lukis I Made Bakti Wiyasa (kanan).

DENPASAR | patrolipost.com – Kali pertama pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) pada tahun 2020 ditiadakan disebabkan pandemic virus Corona (Covid-19). Peniadaan PKB ini ditanggapi beragam, termasuk dua seniman Bali, I Made Sidia dan I Made Bakti Wiyasa.

Munculnya, pandemi Covid-19 yang menaikkan status Bali menjadi tanggap darurat membuat banyak agenda terpaksa ditiadakan atau ditunda. Salah satunya pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-42 di tahun 2020, sesuai dengan surat pemberitahuan Gubernur Bali, Selasa (31/3/2020) lalu. Kali pertama, sepanjang sejarah perjalanan Pesta Kesenian Bali (PKB) ditiadakan. PKB digelar pertama kali pada tahun 1979, sebagai wadah kreativitas masyarakat Bali dalam menampilkan keautentikan pelestarian seni dan budayanya.

Bacaan Lainnya

Seniman lukis I Made Bakti Wiyasa mengaku, telah menanti dan siap menyambut PKB 2020 mendatang yang kini ditiadakan. Meskipun dalam persiapan menyambut PKB 2020 tersebut, tim kurator dengan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Kun Adnyana telah merancang beberapa persiapan di antaranya aplikasi tema maupun rancangan platform atau isian konsep dari PKB 2020.

Namun I Made Bakti Wiyasa telah menerima dan memercayakan Pemprov Bali dalam melakukan upaya pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19. Termasuk mengambil keputusan meniadakan PKB ke-42 pada tahun 2020 ini sebagai langkah proaktif meminimalisasi penyebaran wabah Corona terutama di Bali.

“Sebagai seniman saya mempercayakan keputusan Pemerintah Provinsi Bali dalam penanggulangan Covid-19. Antisipasi penyebaran dengan meniadakan PKB adalah langkah bijak dan tepat,” aku I Made Bakti Wiyasa, Kamis (9/4/2020).

I Made Bakti Wiyasa mengungkapkan, adakalanya setiap umat berada di posisi yang mewajibkan memilah dan memilih di antara panggung kesenian atau kemanusiaan.

“Ini masalah humanisme yang patut kita dukung sepenuhnya langkah pemerintah, sesuai dengan peraturan yang diterapkan. Dimana setiap keputusan pemerintah, wajib kita hormati sebagai Guru Wisesa,” ungkapnya.

Bakti Wiyasa menerangkan bahwa peniadaan PKB tak dapat dipungkiri adanya rasa kehilangan panggung seni yang digelar rutin setiap tahunnya.

“Memang kita kehilangan panggung tahunan, tapi berkesenian bisa terus kita lakukan. Dimana pun kita berada, termasuk menerapkan stay at home dan social distancing. Jangan sampai api kesenian kita padam hanya karena PKB tahun ini ditiadakan,” ujar seniman asal Biaung Penebel, Tabanan ini.

Ia menilai adanya situasi pandemi ini justru memberikan koreksi terhadap langkah kesenian ke depannya. Dengan gambaran suasana kini dapat menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni yang  kelak mampu melahirkan karya – karya baru bernuasa Covid-19.

“Bisa pula di tahun depan karya-karya bertema Antisipasi Covid-19 menjadi bacaan dan pemanggungan PKB 2021 mendatang,” imbuhnya.

Sedangkan seniman wayang, I Made Sidia mengaku sedikit kecewa karena para seniman setahun sekali dapat berperan besar yang diwadahi PKB. Namun dia tetap mendukung program pemerintah untuk meniadakan PKB 2020 terkait Covid-19.

“Jelas pastinya ada sedikit kekecewaan, tapi di balik itu sebenarnya selaku seniman kita sangat mendukung program pemerintah untuk ditiadakan,” kata I Made Sidia, Kamis (9/4/2020).

Selain itu, I Made Sidia menuturkan bahwa banyak para seniman yang mengaku kecewa adanya pembatalan festival terbesar di Bali ini. Meski kecewa, ia menyebutkan bahwa menyangkut keselamatan dan jiwa bagi setiap orang lebih penting, terutama pada situasi pandemi yang mengancam masyarakat Bali.

“Tapi kita enggak bisa berbuat apa-apa. Jadi, lebih baik kita meniadakan KB demi hal yang lebih serius terutama untuk Bali itu sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, masalah pandemi Covid-19 ini perlu rentang waktu dalam menangani penyelesaian hingga keadaan dapat kembali seperti semula.

“Kita enggak tahu kapan selesainya, kita berharap segera selesai dan tidak terus mengancam jiwa setiap orang,” jelasnya.

Selanjutnya, Made Sidia menyampaikan harapan dari para seniman diantaranya andaikata pandemi Covid-19 mereda, maka diharapkan untuk hadirkan program ataupun acara guna menghibur masyarakat dari wabah virus tersebut.

“Astungkara kalau sudah reda pandemi Covid-19 ini, diharapkan diadakan semacam pesta rakyat,” pungkasnya. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.