Gawat, Dalam Sebulan Kasus DBD di Badung Melonjak 89 Persen

Fogging menjadi salah satu upaya membunuh jentik nyamuk penyebab DBD/ist.

MANGUPURA | patrolipost.com – Wabah Covid-19 dan kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) membuat khawatir masyarakat Kabupaten Badung. Pasalnya, kedua virus yang berbeda tersebut merebak di waktu yang hampir bersamaan.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Badung jumlah kasus DBD bahkan terus naik. Kasus ini bahkan telah merengut satu korban meninggal dunia.  Peningkatan kasus paling tinggi terjadi antara bulan Februari ke bulan Maret 2020 dengan mencapai 89 persen.

Bacaan Lainnya

Rinciannya yakni sebanyak 99 kasus pada bulan Januari 2020. Kemudian meningkat pada bulan Februari menjadi 234 kasus. Pada bulan Maret kembali melonjak menjadi 443 orang. Peningkatan ini mencapai 89 persen lebih jika di bandingkan bulan sebelumnya.

Atas kondisi ini, Pemkab Badung melalui Diskes setempat pun mengimbau warga Badung agar meningkatkan kewaspdaan. Pasalnya, wabah Covid-19 muncul bersamaan dengan meningkatkan kasus DBD di Gumi Keris.

“Iya, sesuai data jumlah kasus DBD di Badung terus meningkatkan,” ujar Kepala Diskes Badung dr Nyoman Gunarta, Kamis (2/4).

Melonjaknya kasus DBD ini, kata dia, merupakan bagian dari siklus besar tiga tahunan.

Dimana bila curah hujan tinggi di bulan Februari, maka akan memicu munculnya kasus DBD.

“Semua ini seiring dengan siklus besar tiga tahunan,” katanya.

Dari enam kecamatan yang ada di Badung, kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Kuta Selatan. Dilihat dari data pada bulan Januari hingga Februari mencapai 145 pasien dan pada bulan Maret terdapat 250 pasien kasus DBD.

Wilayah yang paling sedikit terjangkit kasus DBD yakni di Kecamatan Petang. Selama tiga bulan terahir dari Januari sampai Maret hanya terdapat 14 pasien.

“Satu pasien meninggal karena DBD di wilayah Kecamatan Mengwi,” jelasnya.

Nah, untuk mengantisipasi terus melonjaknya wabah yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aides agypti ini, pihaknya mengajak warga Badung untuk bersama-sama mengambil peran pencegahan. Yakni, dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat, melakukan gerakan pembersihan sarang nyamuk dan fogging terfokus dan fogging reguler dengan mesin ULV.

“Kita harus bersama-sama melakukan pencegahan. Untuk membasmi 4 siklus (nyamuk, red) fogging saja tidak cukup,” tegas dr Gunarta.

Kan sudah ada Jumantik? Petugas juru pemantau jentik, imbuh mantan Direktur RSD Mangusada ini juga terus dikerahkan. Namun, peran serta masyarakat tetap diperlukan.

“Jumantik sudah kami instruksikan terus melakukan pemantauan jentik ke rumah-rumah warga, selain berkoordinasi masalah Covid-19,” tukasnya. ana

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.