Tukang Suun Pasar Galiran Merana karena Corona

Tukang suun Pasar Galiran yang merana karena dampak virus Corona.

SEMARAPURA | patrolipost.com – Kekhawatiran masyarakat Klungkung terhadap penyebaran virus Corona (Covid-19) berhimbas ke semua sektor kehidupan warga. Menurunnya kegiatan bisnis dan perekonomian imbasnya dirasakan langsung oleh para pedagang yang berjualan di Pasar Galiran, Klungkung.

Pak Ketut, pedagang warung kopi yang biasa mangkal di Pasar Galiran menyatakan rasa khawatir yang mendalam atas situasi akibat wabah virus Corona ini. “Pak, benar ya, semua pedagang akan ditutup selama dua minggu?” tanyanya kepada wartawan yang kebetulan dikenalnya. Wajah pria yang tidak mau disebutkan nama lengkapnya ini menyiratkan kekhawatiran yang dalam.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya pedagang warung kopi, dua orang buruh tukang suun di Pasar Galiran ini juga menyampaikan kehawatiran yang sama. Mereka adalah Ni Nengah Sudarmi (50), warga Banjar Ulun Suwi, Desa Sampalan Klod, Dawan, Klungkung, dan Ni Nengah Sirig (60), alamat Banjar Tengah Desa Akah, Klungkung.

Ditemui sekitar pukul 10.00 Wita, Selasa (17/3/2020) Ni Nengah Sudarmi mengaku sejak pagi pagi buta sekitar pukul 04.00 sudah ke Pasar Galiran meburuh nyuun. Sampai siang, dia mengaku baru mendapatkan rezeki ongkos upah nyuun Rp 10 ribu. Di pasar terbesar Bali Timur ini biasanya dirinya sehari dapat paling minim Rp 100 ribu sampai tengah hari.

“Biasanya sampai jam segini, sudah bisa kumpulkan uang Rp 50 ribu. Sekarang sepi Pak, dari pagi hanya dapat sekali ngangkut (nyuun) barang konsumen,” ujarnya memelas.

Sudarmi mengaku menafkahi 2 anaknya yang masih duduk di bangku SMA di Kecamatan Dawan. “Tiang meburuh nyuun untuk bisa melanjutkan pendidikan anak-anak tiang yang sudah beranjak dewasa,” terangnya.

Hal yang sama juga dialami buruh suun, Ni Nengah Sirig (60). Wanita tua renta yang mengaku memiliki 4 orang cucu dari 4 anak ini  tampak bengong berdiri termanggu sambil menunggu jika ada pengunjung Pasar Galiran yang mengodernya untuk mengangkut barang mereka.

“Dia (Sudarmi, red) sudah dapat Rp 10 ribu, saya sejak pagi belum dapat sepeser pun,” ujarnya dalam bahasa Bali medok menyesali nasibnya belum dapat rejeki, seraya menunjuk temannya.

Ketika ditanya apakah akan berhenti meburuh karena situasi sepi ini? Dengan pasrah mereka kompak menyatakan akan tetap meburuh sampai kapan pun karena di sini sumber penghasilannya dan tidak memiliki keahlian di bidang pekerjaan lain.

Kanggeang tiang Pak, mogi wenten sane jagi muruhang nyuun belanjaan ragane,” ujarnya dalam bahasa Bali. Maksudnya kurang lebih: Ya apa boleh buat Pak, semoga ada warga yang berniat menyuruh kami bawakan barang belanjaan mereka. (855)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.