Penipuan Kapal Pesiar: Doni Ditemukan, Fredy Masih Dicari

Made Hendra Mahayuda, Perbekel/Kepala Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu.

SINGARAJA | patrolipost.com – Setelah berhari-hari dicari, akhirnya keberadaan I Gede Doni, putra dari  I Kadek Yusadana (50), warga Banjar Dinas Padma Kencana, Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu, pasca menghilang setelah pamit untuk bekerja di kapal pesiar berhasil ditemukan. Polisi menjemputnya di sebuah tempat di Kota Denpasar, Selasa (25/2/2020) sore.

Hanya keberadaan Komang Adi Setiadi alias Fredy, warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt masih misterius. Polisi masih belum berhasil mengendus jejak persembunyian Fredy, pemilik sebuah salon kecantikan di Desa Lokapaksa itu.

Bacaan Lainnya

Ditemukannya Doni Wiantana terkonfirmasi dari keterangan Perbekel/Kepala Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu Made Hendra Mahayuda. Menurut Kades Mahayuda, Doni Wiantana sudah ditemukan di Denpasar dan langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

“Saya dapat laporan dari warga kalau Doni Wiantana, putra dari Kadek Yusadana sudah ditemukan di Denpasar, Selasa (25/2/2020) sore. Dan saat ini tengah berada di kantor polisi untuk dimintai keterangan,” jelas Mahayuda, Rabu (26/2/2020).

Dari keterangan keluarga,kata Kades,sebelum ditemukan,Doni selalu berpindah tempat dari rumah ke rumah, bahkan sempat menginap beberapa lama di sebuah hotel di seputaran Kota Seririt.

”Doni kabarnya pernah menginap beberapa waktu di Hotel Gran Surya Seririt. Lantas berpindah di sebuah perumahan di sekitar hotel tersebut,” ungkapnya.

Mahayuda mengaku lega atas ditemukannya Doni Wiantana karena akan mempermudah mengungkap persoalan yang tengah membelit salah satu warganya itu. Menurut Mahayuda, warga bernama Yusadana berprofesi sebagai buruh kayu, sedangkan istrinya bekerja sebagai buruh tani. Awalnya, Yusadana melapor ke desa telah kehilangan kontak dengan putranya setelah mengaku bekerja di kapal pesiar. Tak hanya itu, dia juga mengaku telah mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk membiayi anaknya bekerja di kapal pesiar.

“Tak tanggung-tanggung nilainya ratusan juta rupiah. Dari catatan yang bersangkutan, sebanyak Rp 225 juta sudah disetor kepada Fredy, dan itu yang tercatat. Uang itu didapatnya dari hasil menjual harta berupa kebun, ternak sapi dan sepeda motor dan pinjaman sebesar Rp 166 juta,” bebernya.

Kades Mahayuda menyebut, warganya itu menyadari telah melakukan kecerobohan setelah tidak ada lagi tempat untuk pinjam uang karena Fredy terus minta uang dengan berbagai alasan. Terlebih Yusadana tidak mendapat kabar pasti dari anaknya.

”Bersama Bhabinkambtibmas Desa Telaga, saya sarankan agar yang bersangkutan lapor ke Polsek Seririt mengingat tempat tinggal Fredy ada di wilayah hukum Polsek Seririt,” tandasnya.

Sementara itu, dari catatan Kadek Yusadana, terlihat pengeluaran fantastis untuk urusan pekerjaan anaknya di kapal pesiar. Diantaranya, biaya pengurusan pembuatan paspor dan visa sebesar Rp 7,5 juta. Bahkan untuk biaya membayar kepada ejen (agen) jumlahnya sebesar Rp 18 juta. Belum lagi tiket pesawat sebesar Rp 29 juta, dengan total biaya untuk pengurusan sebesar Rp 66 juta lebih.

Dalam catatan Yusadana, terlihat Fredy memanfaatkan keluguan korbannya. Sebut saja untuk biaya kuliah sebesar Rp 11 juta, uang pakaian Rp 1,7 juta dan bayar wisuda Rp 3 juta. Dalam catatan lain, ditemukan biaya perjalanan Fredy untuk urusan ke Jakarta, biaya pemberian master cap sebesar Rp 30 juta dan alasan untuk mengganti kartu Gede Doni yang hilang sebesar Rp 43 juta.

Ada lagi biaya pengambilan visa dan tanda tangan kontrak ke Jakarta, biaya pelatihan, chek up, bayar sertifikat pelatihan termasuk membayar kos yang nilainya cukup besar. Ada juga catatan pengeluaran yang tidak dimengerti seperti, CN, BSN, FST, SSAT dan FK dengan total puluhan juta rupiah. Ada lagi catatan untuk biaya pengurusan di Kantor Imigrasi dan Kantor Catatan Sipil sebesar Rp 20 juta lebih

Tak hanya catatan pengeluaran, Yusadana merinci uang yang didapatkan untuk memenuhi permintaan Fredy. Selain menjual harta bendanya, Yusadana mencari pinjaman ke Bank, LPD hingga ke perorangan yang jumlahnya cukup besar. Termasuk catatan menjual harta miliknya.

”Semua uang yang diberikan oleh Yusadana kepada Fredy dalam bentuk tunai,” tandas Mahayuda.

Sebelumnya, Kadek Yusadana melaporkan kehilangan anak bernama I Gede Doni Wiantana setelah si anak mengaku akan bekerja di kapal pesiar. Sebelu  menghilang, Kadek Yusadana telah memberikan uang secara bertahap kepada Fredy sekitar Rp 250 juta untuk biaya mengurus segala keperluan agar Doni bekerja di kapal pesiar. Belakangan Fredy pun ikut menghilang sehingga Yusadana melaporkan kasus itu ke Polsek Seririt. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.