Antisipasi ASF, Dinas PKP Bangli Pantau Tukang Jagal

Petugas Dinas PKP Bangli melakukan pemantauan peternakan babi yang ada di wilayah Bangli.

BANGLI | patrolipost.com – Virus flu babi Africa (African Swine Fever/ASF), menghantui para peternak di Bangli, terlebih lagi di beberapa kabupaten terjadi kematian babi secara mendadak dalam jumlah besar. Sementara itu Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Perikanan (PKP) Bangli melakukan beberapa langkah antisipasi, salah satunya pemantauan terhadap tukang jagal (pemotong hewan).

Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, virus flu babi Africa sudah terpantau sejak bulan Juli lalu. Kemudian dinas mengambil beberapa langkah/upaya pencegahan seperti menugaskan dua dokter hewan untuk pemantauan penyebaran virus ASF serta memberikan imbauan kepada para peternak.

Bacaan Lainnya

“Sejatinya virus ini sudah terpantau sejak bulan Juli lalu. Maka dari itu dinas mengambil langkah dengan menugasan khusus dua orang dokter untuk antisipasi penyebaran virus ini di wilayah Bangli,” ungkapnya, Senin (3/2/2020).

Melihat perkembangan saat ini, pihak dinas juga melakukan pengawasan terhadap para tukang jagal. Mengingat tukang jagal keluar masuk dari kandang satu ke kandang lainnya. “Mereka keluar masuk dari satu kandang ke kandang lainnya, kita tidak tahu ada yang terkontamidasi,” tandasnya.

Kemudian sebagai langkah antisipasi, para peternak diimbau sementara tidak mengambil bibit dari luar kabupaten. Tidak sembarang membiarkan orang keluar masuk dari kadang, termasuk para tukang jagal. Selain itu alat-alat yang digunakan harus dipastikan steril.

“Dibatasi orang yang masuk ke kandang, alat-alat yang digunakan hendaknya disterilisasi menggunakan desinfektan,” jelasnya.

Sementara itu saat disinggung kasus kematian babi, Wayan Sarma mengatakan kasus kematian babi di Bangli masih tergolong normal. Dalam artian mati tidak dalam jumlah besar seperti di kabupaten lainya.

“Memang ada saja babi yang mati, tapi jumlah beberapa ekor, dan itu kasus normal seperti mati setelah melahirkan. Namun untuk kasus kematian babi akibat virus flu babi sampai saat ini belum ada,” sebutnya.

Wayan Sarma menambahkan dokter dan penyuluh lapangan dioptimalkan untuk melakukan pemantauan, menyampaikan imbauan pada para peternak. “Pantauan khusus pada peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restaurant untuk pakan ternak babi. Secara umum seluruh peternak dipantau oleh petugas,” ujarnya.

Ditambahkan pula peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restaurant menjadi fokus pengawasan karena itu paling berpotensi tertular virus flu babi. “Ini paling berpotensi kontak dengan asal negara yang terkena virus flu babi Africa,” jelas Kepala Dinas asal Kecamatan Tembuku ini. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.