Menara Pancar Akhiri Isolasi Buleleng Menangkap Siaran Televisi

FGD Pembangunan Menara Televisi Bersama yang diselenggarakan Dinas Kominfo Buleleng.

SINGARAJA | patrolipost.com – Nampaknya kesulitan  Buleleng menerima siaran televisi akan segera berakhir. Ini setelah Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik akan  membangun menara pancar (stasiun relay) untuk mengakhiri blank spot area Bali Utara. Pembangunan menara pancar itu akan menghabiskan anggaran senilai Rp 10,2 miliar pada tahun 2020.

Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominfosandi) Buleleng bersama Universitas Udayana ikut terlibat dalam rencana itu dan  telah melakukan riset selama 1,5 tahun untuk menentukan titik ideal agar siaran televisi dapat mengcover seluruh wilayah Buleleng. Bahkan, sejumlah daerah di luar Kabupaten Buleleng rencananya akan dapat menikmati siaran dari menara pancar tersebut.

Bacaan Lainnya

Ada tiga lokasi yang diriset untuk pemasangan menara televisi bersama. Yakni Desa Pegayaman, Desa Wanagiri berada di Kecamatan Sukasada dan Desa Asah Gobleg Kecamatan Banjar. Dari tiga lokasi itu, yang paling ideal adalah Desa Pegayaman.

Ketua Tim Peneliti Kajian Pembangunan Menara Televisi Terestial Bersama Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Udayana Denpasar, I Made Oka Widyantara memaparkan hal itu pada acara Focus Group Discussion (FGD), Kamis (12/12/2019) di Lovina, Singaraja.

Dipilihnya Desa Pengayaman, menurut Oka, lokasi kordinat pembangunan menara bersama ada beberapa pertimbangan analisa. Selain  lokasi paling tinggi di antara dua lokasi lainnya yakni berada di ketinggian 1.521 di atas permukaaan air laut, juga akan berdampak pada daerah tercover.

“Tidak hanya Buleleng namun wilayah Bali Bagian selatan akan ikut menikmati seperti sebagian Kabupaten Gianyar,” jelasnya.

Selain itu, lokasi tersebut paling tinggi tidak mempengaruhi radius pancaran gelombang elektromagnetik. “Hasil kajian lainnya adalah Desa Pengayaman sangat memperhatikan jarak aman dengan tempat suci, akses transportasi, infrastruktur dan fiber optic serta kawasan tersebut sebagai refrensi BTS seluler,” imbuhnya.

Tak hanya itu, kata Oka, aspek investasi, pangsa pasar, dan luas wilayah yang mampu mengcover hingga ke Bali Selatan menjadi pertimbangan lain menentukan lokasi stasiun relay di Desa Pegayaman.

“Kami rekomendasikan Desa Pegayaman untuk menjadi lokasi pembangunan menara TV bersama. Nantinya, ketinggian menara akan dibuat 100 meter dan ketinggian pemancar penerima (antena) dari. maksimal tinggi 10 meter. Setelah ini kami berharap rekan-rekan penyelenggara televisi swasta tak lagi ragu dan mau  terlibat di dalamnya,” ucapnya.

Sementara, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali I Nyoman Sujaya mengatakan, rencana pembangunan menara televisi merupakan wacana yang dibangun oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Untuk itu, Pemprov Bali telah menganggarkan untuk pembangunan menara televisi bersama tahun 2020 sebesar  Rp 10,2 miliar yang sepenuhnya dari Provinsi. Dana itu digelontorkan melalui Bantuan Keuangan Khusus kepada Kabupaten Buleleng.

“Anggaran itu digunakan untuk fisik pembangunan tower dan pembebasan lahan,” ucap Nyoman Sujaya didampingi Kadiskominfosandi Buleleng, Ketut Suweca.

Menurut Sujaya, awalnya rekomendasi untuk pembangunan menara televisi ada di Wanagiri dan Desa Asahgobleg. Namun setelah berkoordinasi dengan Kementerian Kominfo, ditolak. Penyebabnya, tahun 2020 akan mengarah kepada TV digital tidak lagi analog. Sehingga diarahkan ke Desa Pengayaman.

“Mudahan mudahan pembangunan menara terlaksana. Izin ke pusat di Kementerian Kominfo sudah disampaikan dan di tahun 2020 direncanakan akan keluar,” tandasnya. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

1 Komentar