Sebagai “Digital Native” Generasi Milenial Bisa Jadi Agen Perubahan

(Kanan) Kepala Tim Pengembangan Ekonomi KPw BI, Leo Ediwijaya menyerahkan plakat penghargaan kepada Dekan Fikom Dwijendra University, Drs I Wayan Kotaniartha, SH, MH, M.Ikom., (kiri).

 

Bacaan Lainnya

DENPASAR | patrolipost.com – Dalam rangka melaksanakan salah satu program pengembangan perpustakaan yang bertujuan untuk mendukung program kerja Bank Indonesia di bidang penelitian dan peningkatan budaya minat baca yang dirangkai dengan peringatan Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2019 dan Hari Raya Saraswati tanggal 7 Desember 2019. Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Bali bersama GenBI (Generasi Baru Indonesia) Bali menggelar Talk Show dan Diskusi Buku dengan Tema “HIV/AIDS dan Bijak Menggunakan Media Sosial” di Graha Tirta Gangga Lt.2, KPw BI Provinsi Bali JI. Letda Tantular No 4, Denpasar, Minggu (8/12/2019).

Salah satu narasumber dalam acara talk show dengan tema “Bijak Menggunakan Media Sosial” (medsos) yaitu Dekan Dwijendra University, Drs I Wayan Kotaniartha, SH, MH, M.Ikom., dalam paparannya menyampaikan, medsos bukanlah barang baru bagi generasi muda. Hampir sebagian besar generasi millennial memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi. Tetapi tidak sedikit pula yang menggunakan untuk hal-hal negatif. Oleh karena itu generasi milenial yang lahir sebagai “digital native” diharapkan menggunakan medsos secara benar dan bijak terutama dalam hal penyebaran informasi yang bersifat mencerahkan, mendidik dan menyampaikan pesan kedamaian kepada publik.

“Informasi yang disebar harus mengandung unsur positif untuk membangun kesatuan kedamaian dan kebersamaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” katanya mengingatkan.

Selain itu agar generasi milenial tidak menyalahgunakan medsos yang berdampak pada kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, lantaran itulah harus memahami ketentuan perundangan yang berlaku seperti UU ITE, UU Pornografi, UU Hak Cipta, UU perfilman dan lainnya.

“Hal ini penting mengingat informasi sesat atau hoax akan berdampak pada stabilitas keamanan masyarakat,” sebut dekan yang juga pemerhati media ini.

Keberadaan medsos memang dianggap lebih egaliter, karena dapat langsung menyuarakan pandangan individu ke ranah publik. Medsos harus digunakan secara wise (bijak) dan produktif untuk tujuan positif.

“Kadang para pengguna medsos berlomba menjadi yang tercepat dalam membagi informasi di media sosial. Namun terkadang tanpa cek dan ricek, sehingga yang viral dianggap sebuah kebenaran, padahal belum tentu,” ucapnya mencermati kondisi yang terjadi.

Lantas agar tidak terjebak dalam situasi teraebut, ia mengingatkan bahwa medsos ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi menimbulkan manfaat positif luar biasa, namun di sisi lain banyak konten tidak edukatif dan menyesatkan yang membanjir di media soasial. Ia menganjurkan juga agar membully atau perundungan yang kerap dilakukan melalui media sosial agar dihentikan, dan hindari ujaran kebencian yang beraspek sara.

“Saya mengajak para mahasiswa, karang taruna, sekaa teruna generasi milenial untuk bersama- sama melakukan “gerakan literasi media digital” yang tujuannya, mahasiswa agar memperbanyak riset-riset bidang literasi media dan juga melakukan pencerahan kepada publik melalui berbagai kegiatan pengabdian masyarakat. Bentuklah komunitas- komunitas masyarakat anti hoax sebagai media diskusi guna lebih cerdas dan bijak bermedia digital,” tutup Dekan Fikom Dwijendra ini.

Hadir dalam kesempatan ini Deputy Kepala BI Bali, Rizki Ernadi Wimanda membuka acara talk show disamping juga hadir Kepala Tim Pengembangan Ekonomi KPw BI, Leo Ediwijaya beserta narasumber lainnya. (473)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.