Festival Golo Koe Hadirkan Teater Randang Lingko: Momen Bangkitkan Kearifan Lokal Manggarai

festival golo koe
Penampilan paduan suara Paroki St. Maria Diangkat ke Surga Rejeng pada festival Golokoe, Selasa (9/8). (ist)

LABUAN BAJO  | patrolipost.com – Festival Golo Koe Labuan Bajo digelar tanggal 8-15 Agustus 2022. Penyelenggaraan festival berbalut nuansa religi, budaya dan kesenian ini digagas oleh Keuskupan Ruteng bekerjasama dengan Pemda Manggarai Barat, Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPO-LBF) dan para stakeholder pariwisata.

Festival Golokoe Labuan Bajo dipusatkan di Gua Maria Golo Koe serta pada area Marina Waterfront dan akan diikuti oleh ratusan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berasal dari seluruh wilayah se Manggarai Raya (Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur).

Salah satu seni pertunjukan yang hadir dalam Festival Golo Koe ini adalah pertunjukan Teater Randang Lingko yang akan dibawakan gabungan pelajar sekolah SMK Stella Maris dan SMAK Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo dibawah bimbingan Romo Ino Sutam.

Romo Ino Sutam menjelaskan pemilihan Teater Randang Lingko sebagai salah satu seni pertunjukan yang turut ditampilkan dalam Festival Golo Koe bertujuan untuk kembali mengajak masyarakat lokal mendalami ritus – ritus yang dilakukan dalam pengerjaan kebun orang Manggarai, dimana saat ini ritus ritus ini sudah mulai terlupakan. Selain itu juga bertujuan untuk memperkenalkan kearifan lokal ini kepada wisatawan.

Ritus – ritus ini merupakan hal yang tidak terpisahkan dari lingkaran hidup tahunan orang Manggarai yang pada umumnya bekerja sebagai petani/peladang. Ritus ritus ini dilakukan mulai dari pembentukan lingko (lahan) hingga cara hasil kebun tersebut dipanen.

“Untuk orang Manggarai bekerja antara kerja kerja fisik dengan kerja spiritual/ ritual itu tidak dapat dibedakan, karena itu semua juga pengerjaan lingko mulai dari pembentukan lingko sampai kepada panen itu memang ada kerja fisiknya, tapi ada juga ritus – ritusnya,” ujar Romo Ino Sutam.

Adapun beberapa ritus yang akan dikisahkan melalui pementasan Teater Randang Lingko ini adalah Ritus Ela Lea Sose dan Benco Raci (memohon berkat sebelum musim tanam), Ritus Wasa dan Ritus Kalok (memohon berkat agar benih tumbuh subur dan berisi), Ritus Tapa Kolo (proses penyiraman obat bagi tanaman), Ritus Tegi Rego dan Ritus Renting, Ritus Ketek Lema (proses siap panen) hingga upacara Penti (syukuran) dan Caci (tarian).

Secara garis besar ritus – ritus ini akan dipentaskan melalui berbagai formasi tarian yang akan dibagi kedalam tiga tahap. Tahap pertama yakni proses pembentukan lingko atau lodok, kedua proses penanaman hingga panen dan ketiga proses perayaan pasca panen.

Romo Ino menyampaikan pementasan ritus – ritus  yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari adat dan istiadat budaya Manggarai ini kedalam sebuah pertunjukan nyanyian dan tarian merupakan salah satu upaya agar kaum muda semakin tertarik mengenal seni dan budaya Manggarai serta mampu melestarikannya sehingga turut mampu mewujudkan pariwisata yang berpartisipasi, berbudaya dan berkelanjutan.

“Banyak sekali tarian kita punya, saya berpikir kenapa semua ritus yang dimulai dalam lingkaran hidup tahunan, lingkaran hidup manusia tidak diteaterkan, kenapa tarian itu tidak berbasiskan itu. Artinya kalau konsen saya itu disitu. Saya pikir itu pembelajarannya ada, lalu yang dikatakan pelestarian, revitalisasi, reinterpretasi, restrukturisasi, budaya berjalan seperti itu tapi tentu berdasarkan penelitian” tuturnya.

Hadirnya Festival Golo Koe diharapkan turut mewujudkan pariwisata Labuan Bajo yang mengedepankan ramah akan martabat manusia, ramah akan masyarakat lokal, wisatawan dan pelaku wisata, ramah akan budaya terutama budaya lokal, ramah akan lingkungan hidup, ramah akan spiritualitas dan moralitas, kemudian ramah akan keadilan, sinergitas dan transparansi serta ramah akan penerapan Iptek yang manusiawi dalam berpariwisata.

“Pariwisata itu bidang yang sangat luas, investasi yang sangat murah sebenarnya, karena apa saja bisa dipariwisatakan dan siapa saja bisa menjadi pelaku dan penikmat pariwisata. Festival ini kita diajak sebagai pelaku dan penikmat pariwisata. Hanya dengan itu kita bisa menjadi tuan rumah di tanah kita sendiri,” tutupnya. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.