Kematian Puluhan Babi di Banjar Penarukan Diduga Akibat Bakteri Ecoli

ternak babi1
Peternak babi di Desa Pulasari. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Kematian puluhan bibit babi di wilayah Banjar Penarukan, Desa Persiapan Pulasari Kecamatan Tembuku, Bangli langsung  ditindaklanjuti pihak Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli. Setelah sejumlah petugas turun ke peternak, disimpulkan kematian puluhan ternak warga diakibatkan terpapar bakteri Ecoli.

Kepala Bagian Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Darsa mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan tentang kematian babi di Banjar Panarukan.

Bacaan Lainnya

“Petugas lapangan dan dokter hewan telah turun lakukan investigasi guna mengetahui penyebab kematian puluhan bibit babi milik peternak di Banjar Penarukan, Desa Persiapan Pulesari, Kecamatan Tembuku,” ujarnya, Rabu (3/8/2022).

Dalam kesempatan tersebut, kata Wayan Darsa, petugas melakukan penyemprotan desinfektan pada kadang dan juga diberikan edukasi, mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika babi mengalami sakit.

Di sisi lain Kepala Sub Koordinator Kesehatan Hewan, Drh I Made Armana mengatakan pihaknya belum bisa melakukan pemeriksaan hewan lebih lanjut. Sebab bibit babi yang mati telah dikubur. Namun, berdasarkan gejala klinis yang diungkapkan pemilik, kematian babi cenderung dikarenakan infeksi bakteri Ecoli.

“Sesuai keterangan pemilik, babinya mengalami mencret. Apabila mencret ini terjadi cukup lama tidak menutup kemungkinan babi akan mati. Karena bibit babi cukup rentan. Dengan gejala seperti itu, diagnosanya lebih mengarah akibat bakteri,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut petugas menyarankan agar peternak memperhatikan sanitasi kandang. Selain karena kebersihan yang kurang, bakteri Ecoli juga bisa disebabkan perubahan musim. “Kondisi cuaca dingin mengakibatkan kandang menjadi lembab, sehingga bakteri mudah berkembang biak,” tegasnya.

Berkaca dari kasus yang terjadi, pihaknya menyarankan agar peternak lebih selektif saat membeli bibit babi. Semisal memastikan bibit babi sudah divaksin. Sebab potensi kematian babi tidak hanya diakibatkan bakteri Ecoli saja, namun juga Asian Swine Fever (ASF).

“Kasus ASF ini sebelumya sempat mereda, karena ada kebijakan pengosongan kandang. Namun sejatinya, kasus ASF belum benar-benar hilang. Biasanya sentral-sentral peternakan yang banyak babi keluar masuk, masih ditemukan laporan kematian babi.

Karenanya perlu juga dipahami gejala-gejala ASF. Mulai dari muncul  gejala klinis seperti  kemerahan pada daerah perut dan telinga, demam tinggi, hingga gejala muntah. Potensi kematian akibat ASF juga lebih cepat, biasanya 3 hingga 5 hari sejak muncul gejala.

Selain melakukan pemeriksaan di kandang babi, pihak Keswan juga melakukan pemeriksaan terhadap dugaan sapi terpapar PMK di sekitar.

“Dari keterangan pemilik dan penelusuran petugas yang turun ke lapangan, ada beberapa yang mengarah ke PMK. Sapi yang ditemukan PMK berdasarkan gejala klinisnya, sudah diobati dengan memberi antibiotic,” jelas Made Armana. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.