Pameran Tunggal Seni Digital “Bali, Island of The Gods” Digelar Perdana di Bali

lukisan digital
Beberapa karya seniman I Wayan Gede Yudiana atau lebih akrab dipanggil Yande Zetia. (yani)

MANGUPURA | patrolipost.com – Perdana di Bali, pameran tunggal seni digital bertajuk “Bali, Island of The Gods” akan menampilkan sebanyak 14 karya seni digital di Esquina Bali Seminyak Kabupaten Badung. Pameran digelar dari 29 Juli-29 Agustus 2022 mendatang. Hal ini diungkapkan seniman I Wayan Gede Yudiana atau lebih akrab dipanggil Yande Zetia, Senin (1/8/2022).

Lebih lanjut dikatakannya, pameran ini pada dasarnya ingin mengedukasi masyarakat khususnya generasi muda terkait kisah/cerita mitologi Hindu Bali dan berbagai tokoh pewayangan yang ada di Bali yang semakin dilupakan karena banyaknya tokoh-tokoh animasi dari luar negeri.

Bacaan Lainnya

“Melalui pameran seni digital ini diharapkan generasi muda lebih mengenal dan mencintai apa yang sudah dimiliki Bali serta mampu berperan di dalamnya,” ujar Yande Zetia.

Adapun pameran ini menggunakan Dewa-Dewi Mitologi Bali dan situs-situs suci yang ada di Bali. Terutama membawa pengunjung ke alam mistik Hindu Bali dan membawa pengunjung ke setiap episode Mahabharata maupun kisah lainnya.

“Ketika kita berbicara tentang Dewa-Dewi dalam mitologi Hindu, sejatinya kita familiar dengan semua itu. Namun tidak semua orang mengetahui kisah di balik itu semua. Melalui pameran inilah kita memperkenalkan kembali cerita/makna dari Dewa-Dewi tersebut,” ungkapnya.

Yande Zetia menjelaskan pameran tersebut diinisiasi oleh para kurator yakni Patrick Zaffini dan Muliyadi.  Menurutnya, jika para kurator menginginkan Dewa-Dewi Mitologi Hindu dalam konteks yang baru, tetapi tetap dalam pakem Hindu Bali.

“Ada 14 karya seni digital yang saya pamerkan. Beberapa karya ada yang menggunakan model yang saya padukan dengan teknik 3 dimensi sehingga menampilkan kesan yang berbeda dibandingkan hanya seni 3 dimensi pada umumnya. Satu karya membutuhkan waktu 2-3 hari, bahkan ada yang sampai 10 hari karena kerumitannya, sebut saja karya Dewata Nawa Sangga,” bebernya.

Selain itu, seniman asal Sebatu Kecamatan Tegalalang Gianyar ini menuturkan, dirinya memulai belajar karya seni digital sejak tahun 2016 silam dan lebih menekuni pada tahun 2020 saat pandemi mulai melanda. Pandemi membuat waktu untuk berkarya semakin banyak karena pembatasan mobilitas masyarakat. Dengan pameran ini, pihaknya berharap dapat menginspirasi generasi Bali untuk dapat berkarya seluas-luasnya terlebih karya yang tetap semangat seni dan budaya.

Yande Zetia juga berharap karya-karyanya dapat diapresiasi oleh semua pihak. Terutama tentu ingin karya semacam ini dapat diperkenalkan kepada delegasi KTT G-20 yang hadir sehingga ke depannya kisah mitologi Hindu Bali lebih dikenal secara luas.

“Pameran sebagai langkah memperkenalkan dan mempromosikan Bali di kancah internasional. Bukan untuk saya saja, semoga karya seni putra-putri Bali mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah,” tuturnya.

Salah satu model Ni Luh Komang Ayu Diah Utari menerangkan bahwa dirinya bangga dapat berkolaborasi dengan seniman Yande Zetia. Bahkan pihaknya mengaku menjadi model dalam sebuah karya seni digital, cukup sulit mengingat karakter yang ingin ditonjolkan seniman cukup bervariasi.

Diah menerangkan senang bisa menjadi bagian dari karya yang biasa dan tidak semua model bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Ayu Diah  berharap karya-karya ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekaligus mempromosikan Bali kepada wisatawan dunia. (030)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.