Anggaran Terbatas, Program Bima Juara Klungkung ‘Jalan di Tempat’

kadiskopperindag 11111
Kadiskop UKM Perindag Klungkung, Wayan Ardiasa. (ist)

SEMARAPURA | patrolipost.com – Program Bima Juara (Beli Mahal Jual Murah) selama ini dianggap belum berkembang sesuai harapan. Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai ‘lokomotif’ program ini belum maksimal dalam menyerap atau membeli gabah dari petani. Hal ini dikarenakan KUD belum didukung sarana dan modal yang memadai.

Hal itu sempat dikemukakan oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, masih ada hambatan, namun kedepannya bupati berharap semua swalayan maupun toko bisa menjual produk petani ini dengan baik.

“Kita ingin agar ada keseriusan semua pihak untuk membantu kelancaran program Bima Juara ini termasuk semua toko yang sudah ditunjuk jangan malah produk petani kita malah ditumpuk tersembunyi ini jelas permainan tidak sehat,” ujar Bupati Suwirta usai sidang Paripurna DPRD Klungkung belum lama ini.

Terkait inovasi program Bima Juara, Kadiskop UKM Perindag Klungkung Wayan Ardiasa, Selasa (21/6/2022) menyatakan , Pemkab Klungkung berupaya membentuk sistem, bagaimana gabah petani dibeli dengan harga lebih tinggi dari harga pasar, dan beras yang dihasilkan mampu dijual di bawah harga pasar. Dalam program ini, KUD berperan untuk membeli gabah petani, lalu memasarkannya ke toko, koperasi, minimarket, hingga swalayan di Klungkung. Selama ini ada tiga KUD yang telah bekerja sama untuk menjalankan program ini, yakni KUD Desa Takmung, KUD Dawan Klod, dan KUD Gelgel. Hanya saja semuanya dianggap belum mampu berkembang sesuai harapan.

“Secara umum KUD yang menjalankan program Bima Juara ini terkendala sarana dan pemodalan,” ujarnya.

Menurut Ardiasa , dari 3 KUD yang menjalankan program ini, belum semuanya memiliki sarana yang memadai. Walaupun ketiganya sudah sempat mendapatkan bantuan hibah dan pembinaan dari Pemkab Klungkung, namun realitanya masih jalan di tempat.

KUD Dawan Klod hanya memiliki mesin giling padi dan tidak memiliki mesin pengering, KUD Gelgel yang memiliki mesin penggiling namun rusak serta tidak memiliki mesin pengering.

Sementara itu KUD Takmung yang memiliki sarana lengkap seperti RMU (rice milling unit) atau alat giling padi dan mesin pengering. Hanya saja mesin pengeringnya sempat rusak sehingga sempat tidak maksimal dalam membeli gabah petani .

“Pembinaan telah kami lakukan. KUD telah mengusul juga sarana ke pemerintah, tapi belum mampu kami realisasikan karena terbatasnya anggaran,” pungkasnya. (855)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.