In Memoriam Ahmad Syafii Maarif, ”Pesan Terakhir dan Air Mata Buya”

buya 444444
Haedar Nashir (kanan) mengungkapkan Buya Syafii Maarif menyampaikan dua pesan dalam pertemuan terakhir dengannya tiga hari lalu. (ist)

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif meninggal. Kepergiannya menorehkan duka yang mendalam bagi keluarga besar Muhammadiyah serta Indonesia. Sebagai tokoh besar, Buya Syafii, begitu dia akrab disapa, telah banyak mencurahkan ide, gagasan, dan pemikirannya untuk kemajuan Muhammadiyah, Islam, dan Indonesia.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang menginformasikan wafatnya sang tokoh bangsa teringat pertemuan terakhirnya dengan Buya Syafii tiga hari lalu.

“Tiga hari yang lalu saya ke sini juga beliau masih bisa ngobrol dengan bagus tetapi memang pernafasannya berat,” ujar Haedar, dikutip dari muhammadiyah.or.id, Jumat (27/5/2022).

Buya Syafii sempat menitipkan dua pesan kepada Haedar. Pertama, Buya Syafii mengingatkan agar selalu menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat Islam. Kedua, dia meminta agar Haedar mau berdoa bersamanya. Bagi Haedar, permintaan yang kedua itu tidak biasa. Dia sering mengunjungi tokoh kelahiran Minangkabau tersebut, tetapi belum pernah meminta untuk melakukan doa bersama.

“Tidak biasanya buya itu kan orangnya santai gitu biarpun kami selalu ketika menjenguk orang sakit kewajiban kami mendoakan beliau malah yang meminta sendiri untuk mendoakan beliau sehingga kami berdoa bersama beliau,” terangnya.

Saat itulah, Haedar menyaksikan air mata Buya Syafii meleleh.

“Saya menyaksikan air matanya berlinang dan itulah percakapan kami yang terakhir,” kata Haedar.

Sehari sebelum meninggal, Buya Syafii juga masih sempat berkomunikasi dengan Haedar lewat aplikasi perpesanan whatsapp.

”Satu hari sebelum ini itu saya ber-WA, beliau menjawab bahwa saya sudah menerima keadaan ini dan dengan pasrah dan kami percaya dengan tim dokter RS PKU Muhammadiyah Gamping,” kata Haedar.

Menurut Haedar, Buya Syafii sudah hampir sebulan dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sempat kembali ke rumah, dua minggu yang lalu beliau harus kembali masuk RS karena kondisinya melemah.

“Jumat lalu saya juga sempat menemani di sini, semalam sebenarnya beliau ya masih baik tetapi kondisi pernafasannya terkait jantung lalu ditangani oleh dokter. Tadi pagi sekitar jam setengah tujuh masih bisa berkomunikasi, sarapan pagi seperlunya tapi sekitar setengah delapan beliau kritis sampai pukul 10.15 WIB,” katanya.

Usia Haedar mengatakan penanganan yang dilakukan oleh dokter RS PKU Muhammadiyah sudah maksimal. Tim dokter bahkan berkoordinasi dengan tim dokter kepresidenan atas instruksi Presiden RI. Tim dokter kepresidenan menilai penanganan di RS PKU Muhammadiyah Gamping sangat lengkap dan mencukupi sehingga terintegrasi ke tim dokter juga. Manusia memang wajib berikhtiar. Tetapi bagaimana pun Tuhan yang menentukan. Hari ini, Haedar berencana bertolak ke Bandung. Tetapi dalam perjalanan datang telepon dari direktur PKU Muhammadiyah Gamping bahwa kondisi Buya Syafii kritis. Haedar langsung ke Yogyakarta menuju RS PKU Muhammadiyah Gamping.

“Sempat sekitar setengah jam menemani beliau sampai beliau dipanggil Allah. Karena itu, kami Muhammadiyah dan bangsa Indonesia tentu saja berduka atas kehilangan bapak bangsa yang melintasi, milik semua orang, tokoh yang humanis, tulus, dan pemikiran-pemikirannya sangat luas wawasan dan melampaui,” ungkap Haedar, Jumat (27/5). (305/snc/dtc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.