FAO dan KKP Ajak Masyarakat Jaga Habitat Perairan Darat Riau

BANGKINANG | patrolipost.com – Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture of The United Nations (FAO), bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berusaha mencegah punahnya ikan endemik perairan darat, salah satunya di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

FAO dan KKP mengajak masyarakat bersama-sama menjaga habitat Sungai Kampar melalui acara Bersih Sungai dan pelatihan budidaya, Sabtu (27/07) di Desa Pulau Terap, kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar Riau.
Sebanyak 20 pembudidaya ikan hadir  untuk mengikuti Pelatihan Budidaya yang Bertanggung jawab. Kampar merupakan salah satu lokasi pengembangan proyek IFISH, yakni proyek kerjasama FAO dan KKP dalam pengarusutamaan keanekaragaman hayati perairan darat.

“Kami berharap masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya untuk menjaga kebersihan sungai. Kami imbau masyarakat tidak lagi membuang sampah atau polutan lainnya ke sungai untuk menjaga ekosistem perairan sungai. Dengan gerakan ini diharapkan keanekaragaman hayati dan produktivitas ikan di sungai juga meningkat,” ungkap National Project Manager FAO IFISH, Ateng Supriatna.

Kepala Pusat Riset Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Waluyo Sejati Abutohir menegaskan jika tidak segera dilakukan tindakan pencegahan maka ikan-ikan endemik atau ikan lokal ekonomis penting di perairan darat akan terancam punah. “Keadaan ikan endemik ini sangat mengkhawatirkan. Kalau tidak segera dilakukan tindakan baik besar maupun kecil, ada kekhawatiran hilangnya ikan endemik di setiap daerah,” terang Jelas Waluyo.

Dikatakannya, bersih sungai dan pelatihan budidaya yang baik perlu dilakukan untuk mencegah kepunahan ikan endemik. Selain perubahan prilaku penangkapan, tempat hidup ikan-ikan perairan darat juga harus dijaga. Waluyo menambahkan perairan darat di Indonesia belum tergarap dengan baik. Di sisi lain degradasi habitat di perairan umum sangat cepat karena akses masyarakat ke parairan darat cukup mudah.

Pelatihan budidaya yang bertanggung jawab bertujuan agar limbah budidaya dapat dikelola lebih baik. Selain limbah, para pembudidaya juga dilatih untuk membangun konstruksi keramba yang baik, pilihan bibit yang tersertifikasi, dan penggunaan pakan yang baik.

Kegiatan lain yang dilakukan pada kesempatan itu adalah Restocking Ikan Jelawat yang dihasilkan dari BBAT Jambi. Pada kesempatan tersebut, KKP melepaskan 50 ribu bibit ikan jelawat ke Sungai Kampar. Tujuan utama dari restocking (pelepasliaran) benih ikan jelawat agar salah satu ikan endemik di Kampar dapat pulih populasinya.

“Di Kampar, diperkirakan populasi ikan jelawat telah mengalami penurunan. Diperlukan beberapa upaya agar populasinya pulih kembali agar dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Karena pertumbuhannya yang lambat, diharapkan  masyarakat dapat menjaga benih yang dilepasliarkan tersebut dalam jangka waktu yang cukup sehingga dapat berkembang dengan baik. Pada saat yang tepat, ikan Jelawat dapat dimanfaatkan melalui usaha penangkapan,” tegas Waluyo.

Setelah ini, FAO dan KKP akan melakukan Pilot Project budidaya yang bertanggungjawab di Kampar. Program yang akan berjalan antara lain,  mengurangi tingkat pencemaran, produksi benih belida di balai benih ikan, restocking benih ikan belida, peningkatan kapasitas kelembagaan pembudidaya dan masyarakat pemanfaat sumberdaya air di sungai, pelatihan akuakultur dengan pendekatan ekosistem, dan percontohan budidaya ikan belida hasil dari balai benih ikan. (rls/ray)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.